Senin, 16 September 2019

BAB III PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK
 SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP
                                                                 

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan
Menempuh Gelar Magister Pendidikan Matematika




Oleh:
HAERUDIN
Nim. 12102028


PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG
2014


BAB III
DESAIN DAN METODE PENELITIAN

A.  Desain Penelitian
Penelitian ini adalah kuasi eksperimen dimana pengambilan sampel acaknya diabaikan atau subjek tidak dikelompokkan secara acak (Ruseffendi, 2005), tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya. Desain ini dipilih dengan mempertimbangankan agar waktu penelitian bisa lebih efektif sesuai dengan jadwal yang sudah ada di sekolah tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang memiliki kemampuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI. Adapun desain kelompok kontrol non-ekivalen subyek tidak dikelompokkan secara acak (Ruseffendi, 2010) adalah sebagai berikut:
   O  X   O
----------------
   O        O
Keterangan:
O  :  pretes = postes (tes kemampuan penalaran matematik dan tes kemampuan komunikasi metematik).
X  :   Pembelajaran matematika dengan meggunakan pendekatan SAVI

B.  Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 41 Bandung. Sedangkan sampel penelitiannya adalah dua kelas pada kelas VIII yaitu kelas VIII-J sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI dan kelas VIII-H sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pemilihan sampel berdasarkan pada teknik sampling purposive  (Sugiyono, 2011:68) yaitu berdasarkan kebijakan guru dan kepala SMP negeri 41 Bandung.

C.  Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah dua jenis instrumen yaitu dua perangkat tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematik yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir serta instrumen non tes berupa skala kemandirian belajar siswa. Namun pada pelaksanaannya, ada instrumen tambahan yaitu berupa skala pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan SAVI.
Digunakannya soal yang sama untuk tes awal dan tes akhir agar dapat melihat dan mengukur kemampuan penalaran dan komunikasi matematik sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Skala kemandirian belajar dimaksudkan untuk melihat ada atau tidak adanya  perbedaan antara kemandirian belajar siswa yang pembelajarannya mengunakan pendekatan SAVI dan siswa yang menggunakan pembelajarn konvensioal. Sedangkan skala pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika yang pembelajaranya menggunakan pendekatan SAVI dimaksudkan untuk melihat sejauh mana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan SAVI.
Tipe tes yang digunakan  adalah tes tipe uraian agar siswa mudah mengungkapkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematiknya. Melalui tes uraian, diharapkan langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan dan ketelitian siswa dalam menjawab dapat teramati, seperti yang diungkapkan oleh Ruseffendi (2005) menyatakan bahwa keunggulan tes tipe uraian dibandingkan dengan tes tipe objektif ialah akan timbul sifat kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang telah  menguasai  materi  betul-betul  yang bisa  memberikan jawaban yang baik dan benar. Dengan demikian kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa dapat diungkapkan dan diuraikan melalui tulisan.
            Instrumen tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematik yang digunakan masing-masing terdiri dari 5 butir soal yang berbentuk uraian. Langkah-langkah dalam penyusunan tes ini dimulai dari menyusun kisi-kisi soal kemudian menyusun soal yang sesuai disertai jawaban dari masing-masing butir soal. Kemudian dikonsultasikan kepada yang ahli dalam hal ini Dosen Pembimbing  agar penelitian ini validitas isinya tepat dan memiliki kesesuaian soal dengan tujuan yang akan diukur berdasarkan kisi-kisi soal yang dibuat.
            Validitas muka dari instrumen ini diestimasi oleh guru matematika kelas VIII yang ada di SMP Negeri Bandung tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kecocokan instrumen tes dengan antara soal dengan  materi pelajaran yang dipilih. Kemudian, soal diujicobakan untuk melihat reliabilitas, validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Hal ini sejalan dengan Sugiyono (Riduwan, 2010) bahwa setelah pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan uji coba instrumen pada sampel dimana populasi itu diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen.
Sumarmo (2013) menyatakan suatu alat ukur dinamakan memiliki validitas konten atau validitas isi bila alat ukur tersebut memiliki kesesuaian antara butir-butir alat ukur dengan indikator pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ruseffendi (2005) mengatakan, “Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu mengukur yang semestinya diukur; derajat ketepatan mengukurnya benar; validitasnya tinggi”.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli tersebut, ketepatan suatu instrumen sangat diperlukan agar penelitian benar-benar tepat mengukur yang semestinya diukur, untuk itu sangat diperlukan sekali adanya kesesuaian antara butir-butir alat ukur dengan indikator pencapaian tujuan yang ditetapkan.

C.1 Tes Kemampuan Penalaran Matematik
Pada tes kemampuan penalaran matematik, sistem penskoran instrumen penalaran matematik digunakan dengan  mengadopsi  Pedoman  Pemberian skor
pada tes bentuk uraian menurut Sumarmo (2011) yaitu:

Tabel 3.1
Panduan Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik

Reaksi terhadap Soal atau Masalah
Skor
·     Tidak mengemukakan jawaban.
·   Menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal penalaran  yang diberikan.
·   Memberikan jawaban tetapi mengarah pada jawaban penalaran yang salah.
·   Memberikan jawaban penalaran yang benar tetapi tanpa disertai langkah-langkah pengerjaan.
·   Memberikan jawaban yang relevan dengan masalah penalaran yang diharapkan tetapi jawaban salah atau langkah-langkah pengerjaan kurang lengkap.
·   Memberikan jawaban yang relevan dengan masalah penalaran yang diharapkan, langkah-langkah pengerjaan lengkap, dan jawaban benar.
0
1

2

3

4



5


C.2 Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Pada tes kemampuan komunikasi matematik, sistem penskoran instrumen komunikasi matematik digunakan juga dengan mengadopsi  Pedoman Pemberian skor pada tes bentuk uraian menurut Sumarmo (2011) yaitu:





Tabel 3.2
Panduan Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Reaksi terhadap Soal atau Masalah
Skor

·   Tidak mengemukakan jawaban.
·   Menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal komunikasi matematik  yang diberikan.
·   Memberikan jawaban tetapi mengarah pada jawaban komunikasi matematik yang salah.
·   Memberikan jawaban komunikasi matematik yang benar tetapi tanpa disertai langkah-langkah pengerjaan.
·   Memberikan jawaban yang relevan dengan masalah komunikasi matematik yang diharapkan tetapi jawaban salah atau langkah-langkah pengerjaan kurang lengkap.
·   Memberikan jawaban yang relevan dengan masalah komunikasi matematik yang diharapkan, langkah-langkah pengerjaan lengkap, dan jawaban benar.

0
1

2

3

4



5

D. Analisis Reliabilitas
Reliabel berarti dapat dipercaya atau diandalkan. Pengujian reliabilitas untuk mengetahui ketetapan suatu instrumen dan menunjukkan bahwa suatu instrumen tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Arikunto (2010), menyatakan reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipecaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Bila instrumennya dapat dipercaya dan yang reliabel maka akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Koefisien  reliabilitas    menyatakan   derajat  reliabilitas  alat evaluasi, dinotasikan dengan . Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990)  yaitu sebagai berikut:
 
    Keterangan:        = koefisien reliabilitas
           = banyak butir soal (item)
 = jumlah varians skor tiap butir ke-i
 = varians skor total
Untuk menentukan tingkat atau derajat reliabilitas soal digunakan kriteria menurut Guilfod (Ruseffendi, 2005) sebagai berikut:
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas (r11)
Kriteria
0,90    1,00
Sangat Tinggi
0,70  0,90
Tinggi
0,40  0,70
Sedang
0,20    0,400
Rendah
0,00  0,20
Kecil

Berdasarkan perhitungan reliabilitas instrumen, diperoleh tingkat reliabilitas untuk perangkat tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematik, kedua-duanya tergolong tinggi. Lebih jelasnya data tingkat reliabilitas instrumen dapat di lihat pada tabel 3. 4 berikut:
Tabel 3.4
Hasil Analisis Reliabilitas Soal Tes

No.
Jenis Soal
Tes Kemampuan
Nilai r
Tingkat Reliabilitas
1
Penalaran Matematik
0,75
Tinggi
2
Komunikasi Matematik
0,70
Tinggi

Dari tabel di atas, masing-masing tes perangkat kemampuan penalaran dan komunikasi matemati tingkat reliabilitasnya tergolong tinggi.

E.  Analisis Validitas
Untuk mengukur validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment dari Pearson (Suherman dan Kusumah, 1990) yaitu:
 
Keterangan:           = koefisien korelasi antara variabel  dan variabel
    = banyak sampel
    = skor item
Y   = skor total

Tolak ukur untuk mengetahui tingkat validitas digunakan kriteria berikut menurut Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990) sebagai berikut:
Tabel 3.5
Koefisien Validitas Tes

Validitas
Kriteria
sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
sangat rendah
tidak valid
  
Dari hasil uji coba instrumen kemampuan penalaran dan komunikasi matematik, didapat nilai validitas setiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Validitas Hasil Uji Coba
Instrumen Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik

No.
Kemampuan
Penalaran Matematik
Komunikasi Matematik
Koefisien Validitas
Kategori
Koefisien Validitas
Kategori
1
0,53
Tinggi
0,41
Sedang
2
0,99
Sangat Tinggi
0,83
Sangat Tinggi
3
0,57
Sedang
0,60
Sedang
4
0,85
Sangat Tinggi
0,67
Tinggi
5
0,74
Tinggi
0,50
Sedang
6
0,30
Rendah




Berdasarkan tabel 3.6, untuk  kemampuan penalaran  matematik soal nomor soal 2 dan 4 memperoleh kriteria validitas sangat tinggi, nomor 1 dan 5 memperoleh kriteria validias tinggi, dan nomor 3 kriteria validias sedang sehingga untuk nomor 1 sampai 5 tersebut dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Sedangkan pada nomor 6 memperoleh kriteria validitas rendah sehingga untuk soal nomor 6 ini tidak dipakai sebagai instrumen penelitian.
Sedangkan untuk kemampuan komunikasi matematik soal  nomor 2 memperoleh kriteria validitas sangat tinggi, nomor 4 memperoleh kriteria validias tinggi, dan nomor 1, 3, dan 5 memperoleh kriteria validias sedang sehingga semua soal tersebut dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
Selain dengan cara di atas untuk mengetahui valid dan tidaknya tiap butir soal dilakukan dengan Uji-t (Riduwan, 2010) yaitu dengan rumus:
 t hitung =    ,
Dengan:
t = Nilai  t hitung
r = Koefisien korelasi hasil  r hitung
n = Jumlah responden

Adapun hasil analisis  validitas tiap butir soal dengan SPSS 21 for windows dapat dilihat pada tabel 3.7  berikut:


Tabel 3. 7
Validitas Hasil Uji Coba
Instrumen Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik
Dengan Uji-t

No.
Kemampuan
Penalaran Matematik
Komunikasi Matematik
t hitung
 t tabel
Kategori
t hitung
 t tabel
Kategori
1
3,59
2,048
Valid
2,58
2,045
Valid
2
40,31
2,048
Valid
8,55
2,045
Valid
3
3,99
2,048
Valid
4,31
2,045
Valid
4
9,27
2,048
Valid
5,18
2,045
Valid
5
6,32
2,048
Valid
3,31
2,045
Valid
6
1,81
2,048
Tidak valid




Berdasarkan tabel 3.7 di atas, thitung  kemampuan penalaran matematik untuk soal nomor 1 sampai dengan 5 memperoleh kategori valid sedangkan untuk soal nomor 6 memperoleh kriteria tidak valid karena nilai t hitung >  t tabel. Sedangkan thitung  kemampuan komunikasi matematik untuk soal nomor 1 sampai dengan 5 memperoleh kategori valid karena nilai t hitung >  t tabel.

F. Daya Pembeda
Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah:
Keterangan:        = rata-rata jawaban benar dari kelompok atas
 = rata-rata jawaban benar dari kelompok bawah
 = Skor Maksimum Ideal
Untuk menentukan kriteria daya pembeda tiap butir soal, digunakan klasifikasi interpretasi (Suherman dan Kusumah, 1990) sebagai berikut:
Tabel 3.8
Klasifikasi Daya Pembeda

DAYA PEMBEDA
KRITERIA
Jelek
Cukup
Baik
Sangat Baik

Dari hasil uji coba instrumen kemampuan penalaran dan komunikasi matematik, didapat nilai daya pembeda  setiap butir soal yang masing-masing disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Daya Pembeda
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik

No.
Kemampuan
Penalaran Matematik
Komunikasi Matematik
Daya Pembeda
Kategori
Daya Pembeda
Kategori
1
0,44
Baik
0,30
Cukup
2
0,63
Baik
0,34
Cukup
3
0,4
Baik
0,50
Baik
4
0,4
Baik
0,30
Cukup
5
0,6
Baik
0,63
Baik
6
0,2
Jelek





Bedasarkan tabel 3.9, soal kemampuan penalaran matematik nomor 1 sampai 5 memperoleh kriteria daya pembeda baik sehingga dapat digunakan sebagai instrumen tes. sedangkan untuk nomor 6 memperoleh kriteria daya pembeda jelek sehingga untuk soal kemampuan penalaran matematik pada omor 6 ini tidak dipakai sebagai instrumen tes. Pada soal kemampuan komnikasi matematik nomor 1 sampai 5 memperoleh kriteria daya pembeda baik sehingga dapat dipakai sebagai instrumen tes.

G. Uji Indeks Kesukaran
Tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Sumarmo (2013) mengatakan bahwa indeks kesukaran suatu butir tes melukiskan derajat proporsi untuk jumlah jawaban skor benar pada butir tes yang bersangkutan terhadap jumlah skor idealnya.
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal digunakan  rumus:
Dengan:          = rata-rata jawaban benar 
                   = Skor Maksimum Ideal
Untuk menentukan tingkat atau indeks kesukaran soal, digunakan klasifikasi interpretasi (Suherman dan Kusumah 1990) sebagai berikut:

Tabel 3.10
Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal

INDEKS KESUKARAN
KRITERIA
Sangat Sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Sangat Mudah

Dari hasil uji coba instrumen kemampuan penalaran dan komunikasi matematik, didapat nilai indek kesukaran  setiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.11
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Soal Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik

No.
Kemampuan
Penalaran Matematik
Komunikasi Matematik
Indeks Kesukaran
Kategori
Indeks Kesukaran
Kategori
1
0,53
Sedang
0,42
Sedang
2
0,41
Sedang
0,42
Sedang
3
0,62
Sedang
0,55
Sedang
4
0,45
Sedang
0,35
Sukar
5
0,37
Sukar
0,57
Sedang
6
0,53
Sedang



Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran pada Tabel 3.11 di atas diperoleh bahwa soal kemampuan penalaran matematik nomor 1, 2, 3, 4, dan 6  tergolong soal yang sedang dan soal nomor 5 tergolong sukar. Dari keenam soal kemudian dipilih 5 soal yang untuk dijadikan soal tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, dan 5.
Sedangkan untuk soal kemampuan komunikasi matematik nomor 1, 2, 3, dan 5 tergolong sedang dan soal nomor 4 tergolong sukar. Kelima soal ini dipakai semua untuk tes tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasarkan uraian di atas, berikut disajikan rangkuman hasil uji coba analisis instrumen tes pada tabel berikut:
Tabel 3.12
Kesimpulan Hasil Analisis Uji Coba Tes
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi matematik

Jeis Tes
No.
Soal
Reliabilitas
Validitas
Daya
Pembeda
Indeks Kesukaran
Keterangan
r11
Inter-pretasi
rxy
Inter-
Pretasi
DP
Inter-
pretsi
IK
Inter-
pretasi
Kemampuan
Penalaran
Matematik
1
0,75
Tinggi
0,53
Tinggi
0,44
Baik
0,53
Sedang
Dipakai
2
0,99
Sangat tinggi
0,63
Baik
0,41
Sedang
Dipakai
3
0,57
Sedang
0,40
Baik
0,62
Sedang
Dipakai
4
0,85
Sangat tinggi
0,40
Baik
0,45
Sedang
Dipakai
5
0,74
Tinggi
0,63
Baik
0,37
Sukar
Dipakai
6
0,30
Rendah
0,20
Jelek
0,53
Sedang
Tidak dipakai
Kemampuan
Komunikasi
Matematik
1
0,70
Tinggi
0,41
Sedang
0,30
Cukup
0,42
Sedang
Dipakai
2
0,83
Sangat tinggi
0,34
Cukup
0,42
Sedang
Dipakai
3
0,60
Sedang
0,50
Baik
0,55
Sedang
Dipakai
4
0,67
Tinggi
0,30
Cukup
0,35
Sukar
Dipakai
5
0,50
Sedang
0,63
Baik
057
Sedang
Dipakai


H.  Kemandirian Belajar Siswa
Skala kemandirian belajar siswa dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa dalam belajar matematika. Skala ini memuat sembilan komponen kemandirian belajar yaitu (1) inisiatif belajar, (2) mendiagnosa kebutuhan belajar, (3) menetapkan target / tujuan belajar, (4) memandang kesulitan sebagai tantangan, (5) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (6) memilih dan menetapkan strategi belajar, (7) mengevaluasi proses dan hasil belajar, dan (9) self eficacy (konsep diri).
Skala  kemandirian belajar siswa terdiri dari 30 item pernyataan yang dilengkapi dengan jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan  sangat tidak setuju (STS). Bentuk skala yang digunakan adalah skala Likert. Untuk pernyataan yang bersifat positif pemberian skornya adalah SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Sedangkan untuk netral berda pada skor 2,5.
Kemudian instrumen ini diujicobakan untuk memperoleh gambaran apakah pernyataan yang terdapat pada skala kemandirian belajar siswa dapat dipahami siswa sekaligus dicari reliabilitas dan validitasya.
Analisis reliabilitas korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,854 (Riduwan, Rusyana, Enas: 2011) bahwa korelasi berada pada kategori sangat kuat. Hal ini karena rhitung (0,85) lebih besar dari  rtabel (0,361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Skala Kemandirian Belajar Siswa tersebut reliabel. Kemudian akan diuji tingkat validitas dari item-item tersebut dengan perhitungan statistik.
Adapun perhitungan pengujian reliabilitas korelasi Guttman Split-Half Coefficient dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut ini:

Tabel 3.13
Analisis Reliabilitas Skor Skala Kemandirian Belajar Siswa

Analisis
rhitung
Rtabel
Guttman Split-Half Coeficien
0,854
0,361

Analisis uji coba Validitas skala kemandirian belajar siswa berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS for windows sebagai berikut:
Tabel 3.14
Analisis Validitas Uji Coba Skala Kemandirian Belajar Siswa

Corrected Item-Total Correlation

Corrected Item-Total Correlation
skor_item_1
,542
skor_item_16
,416
skor_item_2
,576
skor_item_17
,686
skor_item_3
,442
skor_item_18
,310
skor_item_4
,408
skor_item_19
,463
skor_item_5
,668
skor_item_20
,505
skor_item_6
,575
skor_item_21
,127
skor_item_7
,585
skor_item_22
,535
skor_item_8
,375
skor_item_23
,611
skor_item_9
,598
skor_item_24
,633
skor_item_10
,592
skor_item_25
,375
skor_item_11
,677
skor_item_26
,356
skor_item_12
,674
skor_item_27
,614
skor_item_13
,717
skor_item_28
,634
skor_item_14
,478
skor_item_29
,366

 Berdasarkan Tabel 3.14, untuk mengetahui tingkat validitas skor kemandirian belajar siswa perhatikan angka pada Cerrected Item-Total Correlation (Riduwan, Rusyana, Enas: 2011) yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item atau dengan membandingkan nilai rhitung dngan nilai rtabel. Jika nilai rhitung lebih besar dari rtabel maka item tersebut valid dengan menggunakan distribusi reliabilitas (Tabel r) untuk  =0,05 dengan derajat kebebabasan (dk = n - 2 = 30- 2 = 28) sehingga didapat rtabel = 0,361. Ternyata soal nomor 18 dan 21 bila dilihat dari angka pada kolom Cerrected Item-Total Correlation ternyata nilai masing-masing rhitung  kurang dari  rtabel sehingga kedua soal tersebut tidak valid. Untuk selanjutnya soal nomor 18 dan 21 tidak dipakai lagi.

I. Skala Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran SAVI
Skalapendapat ini bertujuan untuk mengetahui dan menelaah pendapat siswa terhadap pembelajaran SAVI, Bahan Ajar yaitu berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), dan kompetesi strategis matemtaik lainnya. Skala pendapat ini hanya diberikan pada siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI.
Skala  pendapata siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI terdiri dari 25 item pernyataan yang dilengkapi dengan jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan  sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan yang bersifat positif pemberian skornya adalah SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.

J. Prosedur Penelitian
 Sebelum dilakukan penelitian, diadakan terebih dahulu persiapan-persiapan yang dianggap perlu, antara lain: melakukan studi kepustakaan, melakukan survey ke sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian dan mencoba melakukan pembelajaran matematika selama dua pertemuan di semester pertama pada kelas VIII selain kelas yang dijadikan sampel penelitian, menyusun proposal penelitian, menyusun instrumen penelitian, dan menyusun rancangan pembelajaran pendekatan SAVI.
Langkah kerja selanjutnya adalah memberikan tes awal terhadap kedua kelompok tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok mengenai kemampuan penalaran dan komunikasi matematik.
Sebelum dilakukan pembelajaran matematika dengan meggunakan pendekatan SAVI dilakukan terlebih dahulu sosialisasi yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai aturan-aturan yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI.
Langkah terakhir memberikan tes akhir (posttest) pada kedua kelompok dan   hasilnya  akan dianalisis  secara lebih singkat prosedur penelitian ini terdiri
dari tiga tahapan yaitu:
1.        Tahapan Persiapan
  Langkah-langkah akan dilakukan pada tahapan persiapan ini adalah:
a.         Identifikasi permasalahan.
b.        Membuat proposal penelitian.
c.         Mengadakan seminar proposal penelitian.
d.        Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.
e.         Membuat instrument penelitian.
f.         Membuat RPP.
g.        Melakukan   uji  coba   instrument   penelitian.  Uji  coba   ini   dilakukan
terhadap subyek lain di luar subyek penelitian.
h.        Melakukan analisis atau kriteria instrument kemampuan penalaran dan komunikasi matematik.
2.        Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah:
a.         Memberikan tes awal pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
b.        Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas kontrol menggunakan dengan cara biasa (konvensinal) dan di kelas eksprerimen dengan menggunakan pendekatan SAVI.
c.         Memberikan tes akhir pada kedua kelas tersebut.
d.        Memberikan angket tes kemandirian belajar.
3.        Tahap Akhir
Pada tahap ini akan dilakukan pengkajian dan analisis terhadap penemuan-penemuan penelitian serta melihat peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa yang akan diukur. Selanjutnya dibuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyusun laporan penelitian.
K.  Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes  dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan dan diolah dengan menggunakan  SPSS 21.0 for Windows
dengan langkah sebagi berikut:
1.      Menghitung rata-rata, varians, dan simpangan baku data hasil tes awal dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2.      Melakukan uji  normalitas   dari data  hasil  pretes kelas SAVI, kelas kontrol dan  Gain dengan  uji  Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi 5%.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel dari kedua kelompok normal atau tidak. Bila data  sampel tidak normal maka dilakukan uji Mann-Whitney.
3.      Melakukan pengetesan homogenitas dengan uji F (Uji ANOVA).  Uji homogenitas untuk mengetahui apakah varian populasi data adalah sama atau tidak.
4.      Menguji perbedaan 2 rata-rata dengan uji t  2 sampel bebas (Independent Sampel  T Test) pada data pretes dan Gain. Uji perbedaan 2 rata-rata dimaksudkan untuk menguji apakah   ada   perbedaan   antara  kelompok   kontrol  dengan kelompok eksperimen sampel yang bebas.
5.      Mengolah Data Kualitas Peningkatan Kemampuan penalaran dan komunikasi matematika diperoleh dari indeks gain. Rumus untuk menentukan indeks gain menurut Meltter (Putra, 2009: 36) sebagai berikut:
Sedangkan kriteria indeks gain menurut Hake (Putra, 2009: 36) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Gain

Gain
Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar