PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN
SAVI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK
SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan
Menempuh Gelar Magister Pendidikan
Matematika
Oleh:
HAERUDIN
Nim. 12102028
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG
2014
BAB III
DESAIN DAN METODE PENELITIAN
A. Desain
Penelitian
Penelitian ini adalah kuasi eksperimen dimana
pengambilan sampel acaknya diabaikan
atau subjek tidak dikelompokkan secara acak (Ruseffendi, 2005), tetapi peneliti
menerima keadaan subjek apa adanya. Desain ini dipilih dengan mempertimbangankan
agar waktu penelitian bisa lebih efektif sesuai dengan jadwal yang sudah ada di
sekolah tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang memiliki
kemampuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan pendekatan
SAVI dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Tujuan dari
penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan penalaran
dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan SAVI. Adapun desain kelompok
kontrol non-ekivalen subyek tidak dikelompokkan secara acak (Ruseffendi, 2010)
adalah sebagai berikut:
O X O
----------------
O O
Keterangan:
O : pretes
= postes (tes kemampuan penalaran matematik dan tes kemampuan komunikasi
metematik).
X :
Pembelajaran matematika dengan meggunakan pendekatan SAVI
B. Populasi dan
Sampel
Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 41 Bandung. Sedangkan
sampel penelitiannya adalah dua kelas pada kelas VIII yaitu kelas VIII-J
sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI dan
kelas VIII-H sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensional. Pemilihan sampel berdasarkan pada teknik sampling purposive (Sugiyono,
2011:68) yaitu berdasarkan kebijakan guru dan kepala SMP negeri 41 Bandung.
C. Pengembangan
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian
adalah dua jenis instrumen yaitu dua perangkat tes kemampuan penalaran dan
komunikasi matematik yang digunakan untuk tes awal dan tes
akhir serta instrumen non tes berupa skala kemandirian belajar siswa. Namun
pada pelaksanaannya, ada instrumen tambahan yaitu berupa skala pendapat siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan SAVI.
Digunakannya
soal yang sama untuk tes awal dan tes akhir agar dapat melihat dan mengukur
kemampuan penalaran dan komunikasi matematik sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan. Skala kemandirian belajar dimaksudkan untuk melihat ada atau tidak adanya
perbedaan antara kemandirian belajar
siswa yang pembelajarannya mengunakan pendekatan SAVI dan siswa yang
menggunakan pembelajarn konvensioal. Sedangkan skala pendapat siswa terhadap
pembelajaran matematika yang pembelajaranya menggunakan pendekatan SAVI
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika
yang menggunakan pendekatan SAVI.
Tipe
tes yang digunakan adalah tes tipe
uraian agar siswa mudah mengungkapkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematiknya.
Melalui tes uraian, diharapkan langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan dan
ketelitian siswa dalam menjawab dapat teramati, seperti yang diungkapkan oleh
Ruseffendi (2005) menyatakan bahwa keunggulan tes tipe uraian dibandingkan
dengan tes tipe objektif ialah akan timbul sifat kreatif pada diri siswa dan
hanya siswa yang telah menguasai materi
betul-betul yang bisa memberikan jawaban yang baik dan benar.
Dengan demikian kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa dapat
diungkapkan dan diuraikan melalui tulisan.
Instrumen tes kemampuan penalaran
dan komunikasi matematik yang digunakan masing-masing terdiri dari 5 butir soal
yang berbentuk uraian. Langkah-langkah dalam penyusunan tes ini dimulai dari
menyusun kisi-kisi soal kemudian menyusun soal yang sesuai disertai jawaban
dari masing-masing butir soal. Kemudian dikonsultasikan kepada yang ahli dalam
hal ini Dosen Pembimbing agar penelitian
ini validitas isinya tepat dan memiliki kesesuaian soal dengan tujuan yang akan
diukur berdasarkan kisi-kisi soal yang dibuat.
Validitas
muka dari instrumen ini diestimasi oleh guru matematika kelas VIII yang ada di
SMP Negeri Bandung tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kecocokan
instrumen tes dengan antara soal dengan materi pelajaran yang dipilih. Kemudian, soal
diujicobakan untuk melihat reliabilitas, validitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran soal. Hal ini sejalan dengan Sugiyono (Riduwan, 2010) bahwa setelah
pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan uji coba instrumen
pada sampel dimana populasi itu diambil. Setelah data didapat dan
ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis
faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen.
Sumarmo (2013)
menyatakan suatu alat ukur dinamakan memiliki validitas konten atau validitas
isi bila alat ukur tersebut memiliki kesesuaian antara butir-butir alat ukur
dengan indikator pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ruseffendi (2005) mengatakan,
“Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok
tertentu mengukur yang semestinya diukur; derajat ketepatan mengukurnya benar;
validitasnya tinggi”.
Berdasarkan
penjelasan dari para ahli tersebut, ketepatan suatu instrumen sangat diperlukan
agar penelitian benar-benar tepat mengukur yang semestinya diukur, untuk itu
sangat diperlukan sekali adanya kesesuaian antara butir-butir alat ukur dengan indikator
pencapaian tujuan yang ditetapkan.
C.1 Tes Kemampuan
Penalaran Matematik
Pada
tes kemampuan penalaran matematik, sistem penskoran instrumen penalaran
matematik digunakan dengan mengadopsi Pedoman Pemberian skor
pada
tes bentuk uraian menurut Sumarmo (2011) yaitu:
Tabel
3.1
Panduan
Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik
|
Reaksi
terhadap Soal atau Masalah
|
Skor
|
|
·
Tidak mengemukakan
jawaban.
·
Menulis apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal penalaran yang diberikan.
·
Memberikan jawaban
tetapi mengarah pada jawaban penalaran yang salah.
·
Memberikan jawaban
penalaran yang benar tetapi tanpa disertai langkah-langkah pengerjaan.
·
Memberikan jawaban yang
relevan dengan masalah penalaran yang diharapkan tetapi jawaban salah atau
langkah-langkah pengerjaan kurang lengkap.
·
Memberikan jawaban yang
relevan dengan masalah penalaran yang diharapkan, langkah-langkah pengerjaan
lengkap, dan jawaban benar.
|
0
1
2
3
4
5
|
C.2 Instrumen Tes
Kemampuan Komunikasi Matematik
Pada
tes kemampuan komunikasi matematik, sistem penskoran instrumen komunikasi
matematik digunakan juga dengan mengadopsi
Pedoman Pemberian skor pada tes bentuk uraian menurut Sumarmo (2011)
yaitu:
Tabel
3.2
Panduan
Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
|
Reaksi
terhadap Soal atau Masalah
|
Skor
|
|
·
Tidak mengemukakan
jawaban.
·
Menulis apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal komunikasi matematik yang diberikan.
·
Memberikan jawaban
tetapi mengarah pada jawaban komunikasi matematik yang salah.
·
Memberikan jawaban
komunikasi matematik yang benar tetapi tanpa disertai langkah-langkah
pengerjaan.
·
Memberikan jawaban yang
relevan dengan masalah komunikasi matematik yang diharapkan tetapi jawaban
salah atau langkah-langkah pengerjaan kurang lengkap.
·
Memberikan jawaban yang
relevan dengan masalah komunikasi matematik yang diharapkan, langkah-langkah
pengerjaan lengkap, dan jawaban benar.
|
0
1
2
3
4
5
|
D. Analisis Reliabilitas
Reliabel
berarti dapat dipercaya atau diandalkan. Pengujian reliabilitas untuk
mengetahui ketetapan suatu instrumen dan menunjukkan bahwa suatu instrumen
tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Arikunto (2010), menyatakan
reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipecaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Bila instrumennya dapat dipercaya dan yang reliabel maka akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Koefisien reliabilitas menyatakan
derajat reliabilitas alat evaluasi, dinotasikan dengan
. Rumus yang digunakan untuk mencari
koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah,
1990) yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
=
koefisien reliabilitas
Untuk menentukan tingkat atau derajat
reliabilitas soal digunakan kriteria menurut Guilfod (Ruseffendi, 2005) sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien
Reliabilitas
|
Koefisien
Reliabilitas (r11)
|
Kriteria
|
|
0,90
|
Sangat Tinggi
|
|
0,70
|
Tinggi
|
|
0,40
|
Sedang
|
|
0,20
|
Rendah
|
|
0,00
|
Kecil
|
Berdasarkan
perhitungan reliabilitas instrumen, diperoleh tingkat reliabilitas untuk
perangkat tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematik, kedua-duanya
tergolong tinggi. Lebih jelasnya data tingkat reliabilitas instrumen dapat di
lihat pada tabel 3. 4 berikut:
Tabel
3.4
Hasil
Analisis Reliabilitas Soal Tes
|
No.
|
Jenis Soal
Tes Kemampuan
|
Nilai r
|
Tingkat Reliabilitas
|
|
1
|
Penalaran
Matematik
|
0,75
|
Tinggi
|
|
2
|
Komunikasi
Matematik
|
0,70
|
Tinggi
|
Dari
tabel di atas, masing-masing tes perangkat kemampuan penalaran dan komunikasi
matemati tingkat reliabilitasnya tergolong tinggi.
E. Analisis Validitas
Untuk
mengukur validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment dari Pearson (Suherman dan Kusumah, 1990) yaitu:
Keterangan:
=
koefisien korelasi antara variabel
dan variabel
Y = skor total
Tolak ukur untuk
mengetahui tingkat validitas digunakan kriteria berikut menurut Guilford
(Suherman dan Kusumah, 1990) sebagai berikut:
Tabel
3.5
Koefisien
Validitas Tes
|
Validitas
|
Kriteria
|
|
|
sangat tinggi
|
|
|
Tinggi
|
|
|
Sedang
|
|
|
Rendah
|
|
|
sangat rendah
|
|
|
tidak valid
|
Dari
hasil uji coba instrumen kemampuan penalaran dan komunikasi matematik, didapat
nilai validitas setiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Validitas Hasil Uji
Coba
Instrumen Tes Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Matematik
|
No.
|
Kemampuan
|
|||
|
Penalaran Matematik
|
Komunikasi Matematik
|
|||
|
Koefisien Validitas
|
Kategori
|
Koefisien Validitas
|
Kategori
|
|
|
1
|
0,53
|
Tinggi
|
0,41
|
Sedang
|
|
2
|
0,99
|
Sangat Tinggi
|
0,83
|
Sangat Tinggi
|
|
3
|
0,57
|
Sedang
|
0,60
|
Sedang
|
|
4
|
0,85
|
Sangat Tinggi
|
0,67
|
Tinggi
|
|
5
|
0,74
|
Tinggi
|
0,50
|
Sedang
|
|
6
|
0,30
|
Rendah
|
|
|
Berdasarkan tabel
3.6, untuk kemampuan penalaran matematik soal nomor soal 2 dan 4 memperoleh
kriteria validitas sangat tinggi, nomor 1 dan 5 memperoleh kriteria validias
tinggi, dan nomor 3 kriteria validias sedang sehingga untuk nomor 1 sampai 5
tersebut dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Sedangkan pada nomor 6
memperoleh kriteria validitas rendah sehingga untuk soal nomor 6 ini tidak
dipakai sebagai instrumen penelitian.
Sedangkan untuk
kemampuan komunikasi matematik soal nomor 2 memperoleh kriteria validitas sangat
tinggi, nomor 4 memperoleh kriteria validias tinggi, dan nomor 1, 3, dan 5
memperoleh kriteria validias sedang sehingga semua soal tersebut dapat
digunakan sebagai instrumen penelitian.
Selain dengan cara
di atas untuk mengetahui valid dan tidaknya tiap butir soal dilakukan dengan Uji-t
(Riduwan, 2010) yaitu dengan rumus:
t hitung
=
,
Dengan:
t = Nilai t hitung
r = Koefisien
korelasi hasil r hitung
n = Jumlah
responden
Adapun hasil
analisis validitas tiap butir soal
dengan SPSS 21 for windows dapat
dilihat pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3. 7
Validitas Hasil Uji
Coba
Instrumen Tes Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Matematik
Dengan Uji-t
|
No.
|
Kemampuan
|
|||||
|
Penalaran Matematik
|
Komunikasi Matematik
|
|||||
|
t hitung
|
t tabel
|
Kategori
|
t hitung
|
t tabel
|
Kategori
|
|
|
1
|
3,59
|
2,048
|
Valid
|
2,58
|
2,045
|
Valid
|
|
2
|
40,31
|
2,048
|
Valid
|
8,55
|
2,045
|
Valid
|
|
3
|
3,99
|
2,048
|
Valid
|
4,31
|
2,045
|
Valid
|
|
4
|
9,27
|
2,048
|
Valid
|
5,18
|
2,045
|
Valid
|
|
5
|
6,32
|
2,048
|
Valid
|
3,31
|
2,045
|
Valid
|
|
6
|
1,81
|
2,048
|
Tidak valid
|
|
|
|
Berdasarkan tabel 3.7 di atas, thitung kemampuan penalaran matematik untuk soal nomor
1 sampai dengan 5 memperoleh kategori valid sedangkan untuk soal nomor 6
memperoleh kriteria tidak valid karena nilai t hitung > t tabel.
Sedangkan thitung kemampuan
komunikasi matematik untuk soal nomor 1 sampai dengan 5 memperoleh kategori valid
karena nilai t hitung > t tabel.
F.
Daya Pembeda
Rumus
untuk menentukan daya pembeda adalah:
Keterangan:
=
rata-rata jawaban benar dari kelompok atas
Untuk menentukan kriteria daya
pembeda tiap butir soal, digunakan klasifikasi interpretasi (Suherman dan
Kusumah, 1990) sebagai berikut:
Tabel 3.8
Klasifikasi Daya Pembeda
|
DAYA
PEMBEDA
|
KRITERIA
|
|
|
Jelek
|
|
|
Cukup
|
|
|
Baik
|
|
|
Sangat
Baik
|
Dari hasil uji coba instrumen kemampuan
penalaran dan komunikasi matematik, didapat nilai daya pembeda setiap butir soal yang masing-masing disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel
3.9
Klasifikasi
Daya Pembeda
Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Matematik
|
No.
|
Kemampuan
|
|||
|
Penalaran Matematik
|
Komunikasi Matematik
|
|||
|
Daya Pembeda
|
Kategori
|
Daya Pembeda
|
Kategori
|
|
|
1
|
0,44
|
Baik
|
0,30
|
Cukup
|
|
2
|
0,63
|
Baik
|
0,34
|
Cukup
|
|
3
|
0,4
|
Baik
|
0,50
|
Baik
|
|
4
|
0,4
|
Baik
|
0,30
|
Cukup
|
|
5
|
0,6
|
Baik
|
0,63
|
Baik
|
|
6
|
0,2
|
Jelek
|
|
|
Bedasarkan
tabel 3.9, soal kemampuan penalaran matematik nomor 1 sampai 5 memperoleh
kriteria daya pembeda baik sehingga dapat digunakan sebagai instrumen tes.
sedangkan untuk nomor 6 memperoleh kriteria daya pembeda jelek sehingga untuk
soal kemampuan penalaran matematik pada omor 6 ini tidak dipakai sebagai
instrumen tes. Pada soal kemampuan komnikasi matematik nomor 1 sampai 5
memperoleh kriteria daya pembeda baik sehingga dapat dipakai sebagai instrumen
tes.
G.
Uji Indeks Kesukaran
Tingkat
kesukaran menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Sumarmo
(2013) mengatakan bahwa indeks kesukaran suatu butir tes melukiskan derajat
proporsi untuk jumlah jawaban skor benar pada butir tes yang bersangkutan
terhadap jumlah skor idealnya.
Untuk
menentukan tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus:
Dengan:
=
rata-rata jawaban benar
Untuk menentukan tingkat atau indeks
kesukaran soal, digunakan klasifikasi interpretasi (Suherman dan Kusumah 1990) sebagai
berikut:
Tabel 3.10
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Soal
|
INDEKS KESUKARAN
|
KRITERIA
|
|
|
Sangat Sukar
|
|
|
Sukar
|
|
|
Sedang
|
|
|
Mudah
|
|
|
Sangat Mudah
|
Dari hasil uji coba instrumen kemampuan
penalaran dan komunikasi matematik, didapat nilai indek kesukaran setiap butir soal yang disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 3.11
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Soal Kemampuan Penalaran dan
Komunikasi Matematik
|
No.
|
Kemampuan
|
|||
|
Penalaran Matematik
|
Komunikasi Matematik
|
|||
|
Indeks Kesukaran
|
Kategori
|
Indeks Kesukaran
|
Kategori
|
|
|
1
|
0,53
|
Sedang
|
0,42
|
Sedang
|
|
2
|
0,41
|
Sedang
|
0,42
|
Sedang
|
|
3
|
0,62
|
Sedang
|
0,55
|
Sedang
|
|
4
|
0,45
|
Sedang
|
0,35
|
Sukar
|
|
5
|
0,37
|
Sukar
|
0,57
|
Sedang
|
|
6
|
0,53
|
Sedang
|
|
|
Berdasarkan
klasifikasi indeks kesukaran pada Tabel 3.11 di atas diperoleh bahwa soal kemampuan
penalaran matematik nomor 1, 2, 3, 4, dan 6
tergolong soal yang sedang dan soal nomor 5 tergolong sukar. Dari keenam
soal kemudian dipilih 5 soal yang untuk dijadikan soal tes awal dan tes akhir
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, dan 5.
Sedangkan
untuk soal kemampuan komunikasi matematik nomor 1, 2, 3, dan 5 tergolong sedang
dan soal nomor 4 tergolong sukar. Kelima soal ini dipakai semua untuk tes tes
awal dan tes akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasarkan
uraian di atas, berikut disajikan rangkuman hasil uji coba analisis instrumen
tes pada tabel berikut:
Tabel
3.12
Kesimpulan
Hasil Analisis Uji Coba Tes
Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi matematik
|
Jeis
Tes
|
No.
Soal
|
Reliabilitas
|
Validitas
|
Daya
Pembeda
|
Indeks
Kesukaran
|
Keterangan
|
||||
|
r11
|
Inter-pretasi
|
rxy
|
Inter-
Pretasi
|
DP
|
Inter-
pretsi
|
IK
|
Inter-
pretasi
|
|||
|
Kemampuan
Penalaran
Matematik
|
1
|
0,75
|
Tinggi
|
0,53
|
Tinggi
|
0,44
|
Baik
|
0,53
|
Sedang
|
Dipakai
|
|
2
|
0,99
|
Sangat tinggi
|
0,63
|
Baik
|
0,41
|
Sedang
|
Dipakai
|
|||
|
3
|
0,57
|
Sedang
|
0,40
|
Baik
|
0,62
|
Sedang
|
Dipakai
|
|||
|
4
|
0,85
|
Sangat
tinggi
|
0,40
|
Baik
|
0,45
|
Sedang
|
Dipakai
|
|||
|
5
|
0,74
|
Tinggi
|
0,63
|
Baik
|
0,37
|
Sukar
|
Dipakai
|
|||
|
6
|
0,30
|
Rendah
|
0,20
|
Jelek
|
0,53
|
Sedang
|
Tidak
dipakai
|
|||
|
Kemampuan
Komunikasi
Matematik
|
1
|
0,70
|
Tinggi
|
0,41
|
Sedang
|
0,30
|
Cukup
|
0,42
|
Sedang
|
Dipakai
|
|
2
|
0,83
|
Sangat tinggi
|
0,34
|
Cukup
|
0,42
|
Sedang
|
Dipakai
|
|||
|
3
|
0,60
|
Sedang
|
0,50
|
Baik
|
0,55
|
Sedang
|
Dipakai
|
|||
|
4
|
0,67
|
Tinggi
|
0,30
|
Cukup
|
0,35
|
Sukar
|
Dipakai
|
|||
|
5
|
0,50
|
Sedang
|
0,63
|
Baik
|
057
|
Sedang
|
Dipakai
|
|||
H. Kemandirian
Belajar Siswa
Skala
kemandirian belajar siswa dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemandirian
belajar siswa dalam belajar matematika. Skala ini memuat sembilan komponen
kemandirian belajar yaitu (1) inisiatif belajar, (2) mendiagnosa kebutuhan
belajar, (3) menetapkan target / tujuan belajar, (4) memandang kesulitan
sebagai tantangan, (5) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (6)
memilih dan menetapkan strategi belajar, (7) mengevaluasi proses dan hasil
belajar, dan (9) self eficacy (konsep diri).
Skala
kemandirian belajar siswa terdiri dari
30 item pernyataan yang dilengkapi dengan jawaban: sangat setuju (SS), setuju
(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS). Bentuk skala yang digunakan adalah skala Likert. Untuk pernyataan
yang bersifat positif pemberian skornya adalah SS diberi skor 4, S diberi skor
3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan yang
bersifat negatif pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS
diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Sedangkan untuk netral berda pada skor
2,5.
Kemudian
instrumen ini diujicobakan untuk memperoleh gambaran apakah pernyataan yang
terdapat pada skala kemandirian belajar siswa dapat dipahami siswa sekaligus
dicari reliabilitas dan validitasya.
Analisis reliabilitas korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,854 (Riduwan,
Rusyana, Enas: 2011) bahwa korelasi berada pada kategori sangat kuat. Hal ini
karena rhitung (0,85) lebih besar dari rtabel (0,361). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Skala Kemandirian Belajar Siswa tersebut reliabel.
Kemudian akan diuji tingkat validitas dari item-item tersebut dengan
perhitungan statistik.
Adapun perhitungan pengujian reliabilitas
korelasi Guttman Split-Half Coefficient
dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut ini:
Tabel 3.13
Analisis
Reliabilitas Skor Skala Kemandirian Belajar Siswa
|
Analisis
|
rhitung
|
Rtabel
|
|
Guttman Split-Half Coeficien
|
0,854
|
0,361
|
Analisis
uji coba Validitas skala kemandirian belajar siswa berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan SPSS for windows sebagai
berikut:
Tabel 3.14
Analisis Validitas Uji Coba Skala
Kemandirian Belajar Siswa
|
|
Corrected Item-Total Correlation
|
|
Corrected Item-Total Correlation
|
|
skor_item_1
|
,542
|
skor_item_16
|
,416
|
|
skor_item_2
|
,576
|
skor_item_17
|
,686
|
|
skor_item_3
|
,442
|
skor_item_18
|
,310
|
|
skor_item_4
|
,408
|
skor_item_19
|
,463
|
|
skor_item_5
|
,668
|
skor_item_20
|
,505
|
|
skor_item_6
|
,575
|
skor_item_21
|
,127
|
|
skor_item_7
|
,585
|
skor_item_22
|
,535
|
|
skor_item_8
|
,375
|
skor_item_23
|
,611
|
|
skor_item_9
|
,598
|
skor_item_24
|
,633
|
|
skor_item_10
|
,592
|
skor_item_25
|
,375
|
|
skor_item_11
|
,677
|
skor_item_26
|
,356
|
|
skor_item_12
|
,674
|
skor_item_27
|
,614
|
|
skor_item_13
|
,717
|
skor_item_28
|
,634
|
|
skor_item_14
|
,478
|
skor_item_29
|
,366
|
Berdasarkan
Tabel 3.14, untuk mengetahui tingkat validitas skor kemandirian belajar siswa
perhatikan angka pada Cerrected
Item-Total Correlation (Riduwan, Rusyana, Enas: 2011) yang merupakan
korelasi antara skor item dengan skor total item atau dengan membandingkan
nilai rhitung dngan nilai rtabel. Jika nilai rhitung
lebih besar dari rtabel maka item tersebut valid dengan menggunakan
distribusi reliabilitas (Tabel r) untuk
=0,05 dengan derajat kebebabasan (dk = n - 2 =
30- 2 = 28) sehingga didapat rtabel = 0,361. Ternyata soal nomor 18
dan 21 bila dilihat dari angka pada kolom Cerrected
Item-Total Correlation ternyata nilai masing-masing rhitung kurang dari rtabel sehingga kedua soal tersebut
tidak valid. Untuk selanjutnya soal nomor 18 dan 21 tidak dipakai lagi.
I. Skala Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran SAVI
Skalapendapat
ini bertujuan untuk mengetahui dan menelaah pendapat siswa terhadap
pembelajaran SAVI, Bahan Ajar yaitu berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), dan
kompetesi strategis matemtaik lainnya. Skala pendapat ini hanya diberikan pada
siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI.
Skala pendapata siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan pendekatan SAVI terdiri dari 25 item pernyataan yang
dilengkapi dengan jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS). Untuk pernyataan yang bersifat positif pemberian skornya adalah SS
diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS
diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif pemberian
skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi
skor 4, dan STS diberi skor 5.
J. Prosedur Penelitian
Sebelum
dilakukan penelitian, diadakan terebih dahulu persiapan-persiapan yang dianggap
perlu, antara lain: melakukan studi kepustakaan, melakukan survey ke sekolah
yang akan digunakan sebagai tempat penelitian dan mencoba melakukan
pembelajaran matematika selama dua pertemuan di semester pertama pada kelas
VIII selain kelas yang dijadikan sampel penelitian, menyusun proposal
penelitian, menyusun instrumen penelitian, dan menyusun rancangan pembelajaran
pendekatan SAVI.
Langkah kerja selanjutnya adalah memberikan tes awal
terhadap kedua kelompok tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan
awal kedua kelompok mengenai kemampuan penalaran dan komunikasi matematik.
Sebelum dilakukan pembelajaran matematika dengan
meggunakan pendekatan SAVI dilakukan terlebih dahulu sosialisasi yaitu dengan
memberikan penjelasan mengenai aturan-aturan yang akan diterapkan dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI.
Langkah terakhir memberikan tes akhir (posttest) pada kedua kelompok dan hasilnya akan dianalisis secara lebih singkat prosedur
penelitian ini terdiri
dari tiga tahapan
yaitu:
1.
Tahapan Persiapan
Langkah-langkah akan dilakukan pada tahapan
persiapan ini adalah:
a.
Identifikasi permasalahan.
b.
Membuat proposal
penelitian.
c.
Mengadakan seminar
proposal penelitian.
d.
Melakukan perizinan
tempat untuk penelitian.
e.
Membuat instrument
penelitian.
f.
Membuat RPP.
g.
Melakukan uji coba
instrument penelitian. Uji coba ini dilakukan
terhadap subyek lain di
luar subyek penelitian.
h.
Melakukan analisis atau
kriteria instrument kemampuan penalaran dan komunikasi matematik.
2.
Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah:
a.
Memberikan tes awal pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen.
b.
Melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas kontrol menggunakan dengan cara biasa (konvensinal) dan di kelas eksprerimen
dengan menggunakan pendekatan SAVI.
c.
Memberikan tes akhir pada kedua kelas tersebut.
d.
Memberikan angket tes
kemandirian belajar.
3.
Tahap Akhir
Pada
tahap ini akan dilakukan pengkajian dan analisis terhadap penemuan-penemuan
penelitian serta melihat peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi
matematik serta kemandirian belajar siswa yang akan diukur. Selanjutnya dibuat
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyusun laporan penelitian.
K. Teknik Pengolahan Data
Data yang
diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis untuk menguji hipotesis yang
diajukan dan diolah dengan menggunakan SPSS
21.0 for Windows
dengan
langkah sebagi berikut:
1.
Menghitung rata-rata,
varians, dan simpangan baku data hasil tes awal dari
kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
2. Melakukan
uji normalitas dari
data hasil pretes kelas SAVI, kelas kontrol dan Gain dengan
uji Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi 5%.
Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel dari kedua kelompok
normal atau tidak. Bila data sampel tidak
normal maka dilakukan uji Mann-Whitney.
3. Melakukan
pengetesan homogenitas dengan uji F (Uji ANOVA). Uji homogenitas untuk mengetahui apakah
varian populasi data adalah sama atau tidak.
4. Menguji
perbedaan 2 rata-rata dengan uji t 2
sampel bebas (Independent Sampel T Test)
pada data pretes dan Gain. Uji perbedaan 2 rata-rata dimaksudkan untuk menguji
apakah ada perbedaan
antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen sampel yang bebas.
5.
Mengolah Data Kualitas
Peningkatan Kemampuan penalaran dan komunikasi matematika diperoleh dari indeks
gain. Rumus untuk menentukan indeks gain menurut Meltter (Putra, 2009: 36)
sebagai berikut:
Sedangkan
kriteria indeks gain menurut Hake (Putra, 2009: 36) adalah sebagai berikut:
Tabel
3.5
Klasifikasi Indeks Gain
|
Gain
|
Kriteria
|
|
|
Tinggi
|
|
|
Sedang
|
|
|
Rendah
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar