PENGARUH
LITERASI NUMERASI
TERHADAP
PERUBAHAN KARAKTER SISWA
Haerudin
(Dosen Pendidikan Matematika
Universitas Singaperbangsa Karawang)
Abstrak. Literasi numerasi satu diantara cara bagaimana
menjadikan matematika itu mudah dan sekaligus memberikan agar siswa mampu
berkolaboratif, berpikir kritis dan kreatif, mampu berkomunikatif dengan baik,
berkarakter serta mampu menghadapi tantangan dunia yang semakin global dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Memiliki kemampuan literasi
numerasi akan berdampak pada pola dan kebiasaan berpikir yang baik yang
senantiasa mengaitkan suatu bilangan atau perhitungan-perhitungan tertentu
dengan permasalahan yang ada. Sehingga permasalah menjadi lebih mudah dan
sederhana. Kebiasaan berpikir seperti ini akan berdampak juga pada perubahan
karakter berpikir seseorang yang selalu kecenderungannya positif terhadap situasi
dan permasalahan yang ada, sehingga berimbas pula padaperubahan karakter berupa sikap dan kebiasaan yang baik
dalam menyikapi kehidupannya.
Kata kunci: Literasi numerasi, kemampuan berpikir
kreatif dan kritis, dan karakter.
1.
Pendahuluan
Sejarah peradaban umat manusia menunjukkan bahwa bangsa yang maju tidak
dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah
penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakat yang
literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia.
Keberliterasian dalam konteks ini bakan hanya masalah bagaimana bangsa bebas
dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa
memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain
untuk menciptakan kesejahteraan dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya litersai
tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis,
kreatif, komunikatif, sehingga dapat memenangi persaingan global [1].
Budaya literasi harus mampu dikembangkan dengan baik, apalagi kita hidup
di dunia yang canggih serba modern. Budaya literasi ini dapat dikembangkan
melalui pendidikan yang terintegrasi, bisa dari keluarga, sekolah, dan juga
masyarakat. Enam literasi yang disepakati berdasarkan Kesepakatan Wordl Economic Forum pada Tahun 2015
terdiri atas literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi
digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. Dalam
pembelajaran matematika maka yang akan dikembangkan adalah literasi numerisasi.
Lierasi numerasi perlu dikembangkan dengan baik karena memiliki pengaruh
yang baik bagi perkembangan dan kemampuan seseorang dalam berpikir sehingga
kebiasaan ini akan menjadi keterampilan yang baik dalam menyelesaikan persoalan
hidupnya. Kebiasaan berpikir positif adalah karakter yang dihasilkan dari
keterampilan literasi numersi. Namun, kenyataan yang terjadi sangat sulit untuk
dikembangkan perlu sentuhan-sentuhan yang pas dan menarik agar siswa mampu
mengembangkan kemampuan litersi numersi dengan baik.
Persoalan karakter, sampai detik ini di Indonesia masih merupakan kajian
yang menarik karena salah satu dari pengembangan Kurikulum 2013 yang diterapkan
agar menghasilkan lulusan yang bukan hanya mampu mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya, akan tetapi perluasan pengembangan
dari kemampuan ketigaanya menjadi karakter yang baik. Karakter dapat dibentuk
dari perbuatan-perbuatan positif yang salah satunya dapat melalui pelaksanaan
dan pengembangan mengamalkan budaya litersi numerasi.
2. Hasil dan Pembahasan
Pengertian Literasi Numerasi
Literasi
berasal dari kata literacy dan dari bahasa Latin littera (huruf)
yang pengertiannya melibatkan terhadap
penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Literasi merupakan upaya mengungkapkan makna yang terdapat dalam gambaran
desian makna yang telah ada dan upaya menghasilkan makna dengan jalan menambah
sesuatu sebagai hasil pemikiran kita sendiri pada desain yang telah ada
tersebut sehingga desain transformatif yang dihasilkan mampu memberikan
kontribusi terhadap dunia [16}.
Literasi matematis
menurut draff assassment framework
PISSA (OECD, 2012) adalah kemampuan seseorang untuk merumuskan, menetapkan, dan
menafsirkan matermatika dalam berbagai konteks, termasuk penerapan kempuan
penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta, untuk
menggambarkan menjelaskan, atau memperkiraakan
fenomena atau kejadian. Literasi matematis berkait dengan dunia nyata
dan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran matematika, literasi dapat diartikan suatu upaya agar
proses belajar matematika menjadi lebih bermakna bukan hanya mengungkap
kebenaran pada kemampuan logika dan penalaran matematik, berpikir kritis,
kreatif (kognotif), tapi juga
diharapkan dapat membawa adanya perubahan pada nilai sikap diri (afektif) yang benar dan pandai
mengembangkan keterampilan (psikomotorik)
berkomunikasi dengan baik dalam mengungkap ide, gagasan dan makna matematika.
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
a). menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks
kehidupan sehari-hari, b). Menganalisis informasi yang ditampilkan dalam
berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan,
dsb) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi
dan mengambil keputusan.[2]
Literasi numerasi dapat juga dikatakan sebagai kemampuan
seseorang dalam menganalisis suatu informasi dan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dengan menggunakan perhitungan-perhitungan matematika
secara praktis. Sedangkan numerasi itu sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan dalam mengaplikasikan konsep bilangan dengan keterampilan operasi
hitung dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
Manajemen Pembelajaran Matematika
Manajemen merupakan hal penting bukan hanya pada bidang
usaha seperti industri, tapi juga di lingkugan pendidikan. Menurut George R.
Terry Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan
perncanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk menentukan
serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya.[3]
Setiap keberhasilan dari suatu usaha atau pekerjaan sangat
dipengaruhi oleh bagaimana perencanaan itu dibuat dengan baik. Perencanaan (planning) adalah proses penentuan tujuan organisasi dan pemilihan
tindakan masa depan untuk mencapai tujuan yang meliputi penentuan tujuan
organisasi, mengembangkan premis-premis tentang lingkungan dimana tujuan ingin
dicapai, memilih tindakan yang akan diambil, memprakarsai aktivitas-aktivitas,
yang perlu untuk menterjemahkan rencana menjadi tindakan, dan menngevalusi
hasil tindakan.[4]
Pengorganisasian (organizing)
merupakan langkah bagimana menyatukan unsur-unsur dalam suatu sistem agar
berfungsi dengan baik dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Pengorganisasian
merupakan proses yang menghubungkan pekerja dan pekerjaannya untuk mencapai
tujuan organisasi.[5]
Penggerakan (actuating) adalah upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia
agar berdaya guna dan aktif dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaannya dengan
membangun dan mengembangkan kerjasama yang solid. Pergerakan lebih ditekankan
pada tujuan yang akan dicapai, pekerjaan yang akan dilakukan, dan orang yang
melakukannya.pergerakan akan efektif bila dapat membuat pekerjaan dilakukan
dengan pengeluaran waktu, tenaga, dan material yang minimal, dengan kualitas
kerja yang sesuai dengan yang diharapkan.[6]
Sedangkan pengawasan (controlling) adalah upaya yang serius dalam mengendalikan kegiatan
yang terjadi agar efektif dan efisien. Pengawasan merupakan proses pengecekan performance terhadap standar untuk
menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai.[7] Lebih lanjut
bahwa pengawasan juga diberlakukan pada
pembuatan kebijakan-kebijakan sekolah tentang kurikulum dan proses pembelajaran
yang dibatasi oleh keinginan pihak luar seperti orang tua, karyawan, dan
masyarakat.[8]
Manajemen dalam tataran pendidikan memiliki
makna sebagai upaya dalam melakukan perencanaa, pengorganisasian, penataan, dan
pengelolaan pendidikan. Jika dikaitkan dengan pembelajaran maka manajemen
pembelajaran merupakan upaya untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
penataan, dan pengelolaan suatu pembelajaran agar sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Perencanaan
pembelajaran dapat diartikan pula sebagai proses penyusunan materi pelajaran,
penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran,
dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.[9] Sedangkan berdasarkan PP RI no. 19 th. 2005
tentang standar nasional pendidikan pasal 20 menjelaskan bahwa; ”Perencanaan
proses pembelajaran memiliki silabus, perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.[10]
Adapun
komponen perangkat rencana pembelajaran antara lain sebagai berikut: menentukan
alokasi waktu dan minggu efektif, meynusun program tahunan, menyusun program
semesteran, menyusun silabus pembelajaran, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan hal-hal lain yang diperlukan bagi kelancaran proses
pembelajaran.
Jadi
manajemen pembelajaran matematika lebih menekankan pada bagaimana seorang
pendidik dan tenaga kependidikan melakukan sebuah rencana yang strategis,
pengorganisasian kelas yang efektif, penataan perangkat pembelajaran yang baik,
dan mampu mengelola perangkat dan sistem pembelajaran matematika yang handal.
Hal terpenting lain dari semua itu adalah bagaimana menata diri dengan
mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai dan makna matematika yang dapat
berpengaruh bagi perubahan karakter pembelajar.
Pembelajaran Matematika yang Berkarakter
Beberapa sifat manusia seperti: jujur,
mandiri, bekerja-sama, patuh pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh dan
memiliki etos kerja tinggi merupakan
karakter yang akan menghasilkan
sistem dan tatanan kehidupan sosial yang teratur dan baik. Dalam Asosiasi
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (ALPTKI) disebutkan bahwa
karakter sebagai perekat kultural yang memuat nilai-nilai: kerja leras,
kejujuran, disiplin, etika, estetika, komitmen, rasa kebangsaan dll.[11]
Pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan sikap etika,
moral, dan rasa tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada pembelajar
dengan menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Mendidik dengan
pengajaran, keteladanan, dan kasih sayang merupakan cara yang bijaksana dalam
mengamalkan dan mengembangkan nilai karakter pada pembelajar.
Kurikulum yang baik adalah yang mampu
meningkatkan kualitas pembelajar dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Kemampuan kognitif berhubungan dengan bagaimana fungsi otak
digunakan secara maksimal supaya menghasilkan pola pikir yang rasional, kritis,
kreatif, dan dinamis sehingga mampu melakukan pemecahan masalah dalam
kehidupannya. Ranah afektif lebih menekankan pada suasana hati dari pembelajar.
Suasana hati yang tenang dan damai akan melahirkan sikap dan mental yang baik.
Inilah yang sesungguhnya cikal bakal yang membentuk karakter seperti kejujuran,
kesopanan, keberanian, ketekunan, kesetiaan, pengendalian diri, simpati,
toleransi, keadilan, menghormati harga diri individu, dan tanggung jawab.
Sedangkan ranah psikomotorik lebih kepada
pengembangan keterampilan (skill) dan
kemampuan ini harus senantiasa dilatih dan dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Seperti kemampuan menggambar grafik suatu fungsi kuadrat,
agar hasilnya baik perlu dilakukan latihan beberapa kali dalam
menggambarkannya.
Seperti pelajaran lainnya, banyak makna dan
nilai-nilai matematika yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi peningkatan
pengembangan kemampuan matematika dan karakter pembelajar. Pengembangan
kemampuan matematika dan nilai di atas termuat dalam rumusan tujuan
pembelajaran matematika yaitu: a) memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, b) menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika, c) memecahkan masalah; d) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan e)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.[12]
Butir-butir a) sampai dengan d) dalam
rumusan tujuan pembelajaran matematika di atas menggambarkan kemampuan
matematik dalam ranah kognitif, sedang butir e) melukiskan ranah afektif yang
harus dimiliki siswa yang belajar matematika. Dalam pembelajaran matematika
pembinaan komponen ranah afektif akan membentuk disposisi matematik yaitu:
keinginan, kesadaran, dedikasi dan kecederungan yang kuat pada diri siswa untuk
berpikir dan berbuat secara matematik dengan cara yang positif dan didasari
dengan iman, taqwa, dan ahlak mulia. Pengertian disposisi matematik seperti di
atas pada dasarnya sejalan dengan makna yang terkandung dalam pendidikan budaya
dan karakter bangsa. Dengan demikian pengembangan budaya dan karakter,
kemampuan berpikir dan disposisi matematik pada dasarnya dapat ditumbuhkan pada
siswa secara bersama-sama.[13]
Pada proses pembelajaran matematika, ada
beberapa pilar yang perlu diperhatikan bagi seorang pendidik dan tenaga
kependidikan, antara lain: penguasaan kelas, memahami dan menguasai materi
pelajaran matematika, mengerti dan menggunakan model, pendekatan, atau metode
pembelajaran yang sesuai, mengenali karakter dan kepribadian dari siswanya,
perencanaan dan persiapan RPP dan bahan ajar yang lengkap, menguasai cara
berkomunikasi yang baik, peka terhadap situasi dan kondisi yang ada, dan
memiliki sikap mental dan karakter yang baik. keikhlasan dan kesabaran dalam
mengamalkan pelajaran matematika adalah kunci keberhasilannya.
Pembelajaran matematika merupakan suatu
kegiatan yang kompleks, melibatkan berbagai unsur seperti guru, siswa,
matematika dan karakteristiknya, dan situasi belajar yang berlangsung. Oleh
karena itulah pembelajaran tidak dapat disederhanakan menjadi suatu resep untuk
membantu siswa belajar. Paling sedikit terdapat dua hal yang menjadi alasan
bahwa pembelajaran tidak dapat dirumuskan dalam bentuk resep. Pertama,
pembelajaran melibatkan pengetahuan tentang: topik matematika yang akan
diajarkan, perbedaan siswa, cara siswa belajar, lingkungan kelas, lembaga
pendidikan dan masyarakat. Selain hal umum seperti di atas, guru juga harus
mempertimbangkan hal-hal khusus misalnya: karakteristik topik yang akan
diajarkan dan pedagogi mengajarkannya. Kedua, sebagai implikasi bahwa
pembelajaran melibatkan berbagai domain, maka guru juga harus menetapkan: cara
mengajukan dan merespons pertanyaan, cara menyajikan idea matematika secara
tepat, berapa lama diskusi perlu dilaksanakan, jenis dan kedalaman tugas
matematika, dan keseimbangan antara tujuan dan pertimbangan.[14]
Pembelajaran matematika akan lebih bermakna
apabila seorang pendidik atau tenaga kependidikan mampu mengungkapkan hikmah
belajar matematika yang sesungguhnya. Ada empat cara yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan karakter pada pelajaran matematika, yaitu 1) memberikan pemahaman
yang bear tentang pendidikan karakter, 2) pembiasaan, 3) contoh atau teladan,
dan 4) pembelajaran matematika secara integral[14].
Berikut beberapa hal terkait dengan
bagaimana nilai-nilai karakter dapat dikembangkan dalam pembelajaran
matematika, seperti yang terlihat pada Tabel C berikut:
Tabel
C
Nilai-nilai
karakter dan suasana kelas yang diharapkan
No.
|
Nilai-nilai Karakter
|
Suasana Kelas yang Diharapkan
|
1
|
Religius
|
Membuat suasana kelas yang religius
selama proses pembelajaran, seperti memulai dan mengakhiri dengan membaca
doa, bertutur kata yang sopan dan santun, mengamalkan ketauladanan, dan
memaknai matematika dengan benar.
|
2
|
Disiplin
|
Membiasakan prilaku disiplin dalam hal:
proses pembelajaran, datang tepat waktu, mengerjakan dan menilai tugas maupun
tes, disiplin mengikuti aturan, prinsip, atau teorema matematika yang
berlaku, dan disiplin kerja.
|
3
|
Jujur
|
Bersikap jujur dalam setiap uacapan,
tindakan, maupun perbuatan, jujur mengakui kesalahan, jujur dalam memberikan
penilaian, jujur dalam menyelesaikan mengerjakan soal matematika.
|
4
|
Toleransi
|
Menghargai dan menerima pendapat yang
lain yang berbeda selama tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.
|
5
|
Kreatif
|
Membiasakan berpikir kreatif terutama
dalam meyelesaikan soal-soal matematika,
berusaha mencari beragam cara memecahkan masalah, dan kreatif dalam
berkarya.
|
6
|
Bekerja keras
|
Bekerja keras dalam segala hal khususnya
dalam belajar dan soal matematika
|
Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran Literasi Numerasi.
Pembalajaran Literasi Numerasi
adalah bagian dalam pembelajaran matematika yang tentunya akan mempengaruhi
juga proses, pelaksanaan, dan tujuan yang hendak dicapai. Secara umum
pembentukan karakter yang ingin dicapai adalah sama akan tetapi pada literasi
numerasi mungkin akan berpengaruh pada pengembangan karakter yang berhubungan
dengan kemampuan menganalisis dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Kemampuan menganalisis dan
menyelesaikan masalah adalah termasuk kemampuan dengan kategori tinggi.
Kebiasaan menggunakan seperangkat angka-angka dalam mengkategorikan
permasalahan yang ada kemudian dibuat secara sederhana dalam bentuk tabel-tabel
agar mudah dibaca adalah bagian dari literasi numerasi.
Sebagai contoh ketika seorang
petani ingin mengungkapkan hasil pertaniannya maka ia cukup dengan menjelaskan
bahwa hasil pertanian sangat memuaskan yang biasanya per hektar mendapatkan 7
ton gabah, sekarang menjadi 9 ton gabah. Padahal jika dihitung dengan nilai Kg
sungguh ini sangat susah.
Contoh lain adalah seorang siswa
pada saat mau memasuki sekolah ia membutuhkan banyak sarana agar pada saat
memasuki sekolah tidak mengalami kendala. Kemudian kebutuhan tersebut diuraikan
misalnya 1 setel seragam sekolah warna merah putih, 1 setel baju pramuka, 1
setel sepatu, 10 buku tulis, 2 pensil, 1 serutan pensil, 1 penghapus, 1 tas
sekolah, 1 setel baju olah raga, dan 1 pak pensil berwarna. Kemudian
digambarkan dalam tabel untuk memudahkan, seperti;
Tabel
Kebutuhan Sekolah
No.
|
Jenis Kebutuhan
|
Banyak
|
Keterangan
|
1
|
Baju Seragam Merah putih
|
1
|
|
2
|
Baju Pramuka
|
1
|
|
3
|
Sepatu
|
1
|
|
4
|
Buku Tulis
|
10
|
|
5
|
Pensil
|
2
|
|
6
|
Serutan Pensil
|
1
|
|
7
|
Penghapus
|
1
|
|
8
|
Tas sekolah
|
1
|
|
9
|
Baju Olah raga
|
1
|
|
10
|
Pensil Berwarna
|
1
|
|
Kemampuan seperti ini yang nantinya diharapkan
dapat dihasilkan dari pengembangan dan pengamalan kemampuan literasi numerasi.
Karakter yang diharapkan adalah kebiasaan berpikir positif dengan mampu
memainkan angka-angka dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.
4. Kesimpulan
Gerakan Literasi Numerasi adalah
prigram pemerintah yang harus didukung oleh semua palisan masyarakat Indonesia.
Kemampuan Literasi numerasi diharapkan dapat dihasilkan dari pengembangan dan
pengamalan kemampuan literasi numerasi. Karakter yang diharapkan adalah
kebiasaan berpikir positif dengan mampu memainkan angka-angka dalam
menyelesaikan persoalan hidupnya oleh karena itu, tugas pendidik dan tenaga kependidikan menjadikan
setiap pembelajaran bernilai dan bermakna. Oleh karena itu, sebagai pendidik
dan tenaga kependidikan harus memiliki kreativitas, keikhlasan, dan kesabaran
agar setiap proses pembelajaran memberikan rasa nyaman, menyenangkan, dan cocok
bagi pembelajar.
Pernyataan
terima kasih. Terima
kasih kami ucapkan kepada semua pihak khususnya Panitia Sesiomadika 2018.
Semoga artikel ini dapat dijadikan sebagi masukan bagi para pendidik dan tenaga
kependidikan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pengajar yang
profesional. Kritikan dan saran yang bersifat membangun dipersilahkan.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar