Bab 1
Pengertian Media
Pembelajaran dan Alat Peraga Matematika
A.
Pendahuluan
Ada beberapa sekolah mulai dari
tingkat SD, SMP, maupun SMA/SMK pada proses pembelajaran matematika di kelas jarang
menggunakan media pembelajaran matematika dalam hal ini pada penggunaan alat
peraga matematika. Hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang menggunakan alat
peraga matematika dan itu pun masih sangat minim sekali. Padahal, alat peraga
matematika sangat membantu siswa dalam memahami dan mengerti pelajaran
matematika terutama pada konsep-konsep tertentu yang memerlukan kecermatan
dalam berpikir dan mengembangkan kemampuan penalarannya.
Alasan pihak sekolah masih sedikit
atau jarang menggunakan media pembelajaran matematika khususnya alat peraga
matematika pada proses pembelajaran matematika di kelas, antara lain: pertama, masih sedikitnya alat peraga
matematika yang bisa mereka peroleh dan jika ada pun harganya cukup mahal. Kedua, kurang kreativitas dari guru
matematika untuk membuat alat peraga matematika. Ketiga, ketidakmampuan sekolah untuk membiayai pembuatan alat
peraga matematika. Keempat, minimnya
pelatihan dan workshop pembuatan dan penggunaan alat peraga matematika bagi
guruguru matematika. Kelima,
kurangnya informasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya yang terkait dengan alat peraga matematika. Keenam, terkait dengan media pembelajaran matematika selain alat
peraga matematika bahwa ketidakmampuan menggunakan komputer, laptop, atau HP
yang berandroid untuk menjadi alat tersebut sebagai media pembelajaran
matematika yang cocok dengan situasi dan kondisi proses pembelajarn di sekolah.
Banyak
upaya dilakukan agar proses belajar di sekolah menarik, menyenangkan, bermakna,
dan membuat siswa makin mencintai pelajaran tersebut. Upaya tersebut antara
lain dengan melengkapi fasilitas belajar dengan media pembelajaran matematika
yang sesuai baik media visual, audio, maupun audio visual. Media pembelajaran matematika yang cocok dan
sesuai tersebut sangat diperlukan bagi keberhasilan proses pembelajaran matematika
tersebut. Selain itu, meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai materi
pelajaran, kemampuan menyampaikan materi dengan baik dan menarik, kemampuan
akhlak dan sikap yang arif, kemampuan
menguasai keterampilan yang diperlukan saat proses belajar mengajar di kelas
serta kemampuan administrasi sekolah yang handal. Itulah kemampuan guru yang
profesional. Kemampuan lain yang penting dan harus dikuasai guru adalah
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dan berusaha selalu update terhadap perkembangannya berikut
cara menggunakan teknologi tersebut.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat memberi warna dalam mencapai
tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan dan semakin mendorong upaya
pembaharuan untuk memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran
di kelas.. Oleh karena itu, keterampilan seorang guru dalam menguasai dan
menggunakan media pembelajaran matematika yang berbasis ICT (Information and Comunication Technology) sangat diperlukan.
B.
Pengertian
Media Pembelajaran Matematika
1. Media
Pembelajaran
Kata
media berasal dari bahasa Latin dan merupakan dari bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau penyalur. Media merupakan suatu alat yang
berfungsi sebagai penyalur informasi belajar atau pesan materi pelajaran.
Manusia dan juga materi tertentu dapat disebut sebagai media pembelajaran juga.
Media pembelajaran merupakan suatu
alat atau benda tertentu yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat
menyampaikan pesan dari sumber belajar kepada orang lain. Media pembelajaran
dapat dikatakan baik, apabila pesan yang diterima sama dengan apa yang
disampaikan oleh sumber belajar. Gerlach
dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap.
Sundayana (2014) mengatakan bahwa secara lebih khusus,
pengertian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-ala grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan meyusun kembali informasi visual dan verbal. Adapun AECT (Association
Of Education Technology, 1977)
telah memberikan batasan tentang media
bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Jadi, segala sesuatu yang berfungsi sebagai penyampai
pesan atau informasi dapat dikategorikan sebagi media. Sementara Hamidjodjo
(Latuheru, 1993), memberi batasan pula bahwa media merupakan semua bentuk
perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide,
gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan atau pendapat yang dikemukakan
itu sampai kepada penerima yang dituju.
Lain halnya dengan apa yang diungkapkan oleh Hamalik
(1989), yang mengistilahkan media pendidikan sebagai alat bantu atau media
komunikasi yang berfungsi agar hubungan komunikasi dapat berjalan lancar dengan
hasil yang maksimal. Sedangkan Gagne dan Briggs (Arsyad, 2002) menyatakan bahwa
media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran seperti buku, tape secorder, kaset, video
camera, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dari
beberapa media pembelajaran tersebut ada yang berfungsi sebagai sumber belajar.
Artinya media tersebut bukan hanya menyampaikan pesan atau informasi materi
pelajaran, tapi dapat juga sebagai sumber yang dijadikan rujukan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh buku, komputer, televisis, slide,
film, dan lain sebagainya.
Media juga dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk
komunikasi baik visual, audio visual, maupun peralatanya yang mendukung proses
pembelajaran. Media juga dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.
Sesuai perkembangan zaman, terjadi perubahan pandangan tentang penggunaan kata
media menjadi teknologi dan ini lebih kepada alat atau sarana yang memiliki
fungsi yang canggih dalam menyampaikan informasi atau pesan. Biasanya
kecanggihan dari alat tersebut terletak pada daya dan kafasitas alat tersebut
dalam memberikan informasi karena dilengkapi dengan program yang handal dan
terkini.
Media pembelajaran matematika adalah alat atau sarana
penyampai informasi yang berisi materi atau pelajaran matematika yang digunakan
pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar berlangsung. Tentunya media
pembelajaran yang dipakai harus sesuai ide atau gagasan dalam menjelaskan
konsep-konsep matematika yang diajarkan
sehingga dapat mempermudah pemahaman dan pengertian siswa tentang konsep
matematika tersebut.
Berbicara tentang media tentu sangat erat kaitannya
dengan komunikasi. Dalam proses pembelajaran termasuk pembelajaran matematika
terjadi komunikasi antara guru dengan siswa dan juga antara siswa dengan siswa,
karena pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi
antara guru dan siswa. Dalam proses belajar mengajar tersebut, sebagai
komunikannya adalah siswa dan sebagai komunikatornya adalah guru dan siswa.
Dalam berkomunikasi, komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan. Agar
pesan yang disampaikan (berupa pengetahuan, pengalaman, atau gagasan) dapat
ditangkap, dipahami, dan dipelajari dengan baik oleh komunikan, maka
komunikator harus memikirkan cara-cara komunikasi yang efektif, karena
kesalahan komunikasi akan menimbulkan masalah. Kesalahan komunikasi dalam
proses belajar mengajar dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya:
1. Guru sebagai komunikator kurang mampu dalam cara menyampaikan pesan.
2. Adanya perbedaan daya tangkap para siswa sebagai komunikan;
3. Adanya perbedaan ruang dan waktu antara guru sebagai komunikator
dengan para siswa sebagai komunikan; dan
4. Jumlah siswa sebagai
komunikan sangat besar,
sehingga sukar dijangkau secara perorangan oleh guru sebagai
komunikator.
Oleh karena itu agar
komunikasi berjalan lancar, maka diperlukan media. Dalam proses belajar
mengajar media yang digunakan disebut juga media Pembelajaran. Kata media
berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Sedangkan dalam
bahasa Arab, media adalah perantara pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Kata media, secara umum juga mempunyai makna segala sesuatu yang
dapat menyalurkan informasi atau pesan dari sumber informasi kepada penerima
informasi.
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya
juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut media pembelajaran. Secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual dan verbal. AECT (Association
of Education and Communication Technology,
1977) memberikan batasan tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengjaran maka media itu disebut
media pembelajaran.
Senada dengan pernyataan
tersebut, Briggs (dalam Djamarah, 2005) mengartikan media sebagai alat untuk
memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Sejalan dengan
batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993) member batasan media sebagai semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar
ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, ggasan atau pendapat yang dikemukakan
itu sampai kepada penerima yang dituju.
Apabila kata media pendidikan
digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi
seperti yang dikemukakan oleh hamalik (1989) bahwa hubungan komunikasi akan
berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang
disebut media komunikasi. Sementara Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2002)
secara implisit menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara
fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang antar lain buku,
tape-recorder, kaset, video kamera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber
belajar atau wahanafisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
National
Education Association (Sadiman,
dkk., 1986) memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik terletak
maupun audio-visual dan peralatannya. Dengan demikian media dapat dimanipulasi,
dilihat, didengar atau dibaca. Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau
digantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin
tekne (bahasa Inggris; art) dan logosn(bahasa Indonesia;ilmu) . Menurut websten (1983:105) “art” adalah keterampilan (skill) yang
diperoleh lewat pengalaman, study dan observasi. Bila dihubungkan dengan
pendidikan dan pengajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai : perluasan
konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau
perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan organisasi dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan ilmu (Arsyad, 2002:3-5). Menurut Erman Suherman
menjelaskan terdapat beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara
lain: (1) media non projected
seperti: fotografi, diagram, sajian (display), dan model-model, (2) media projected seperti: slide, filmstrip,
transparansi, dan komputer proyektor, (3) media dengar seperti: kaset, compact disk, (4) media gerak seperti:
video dan film, (5) komputer, multimedia, (6) serta media yang digunakan untuk
belajar jarak jauh seperti radio dan televisi, serta internet (komputer).\
Lebih lanjut Erman Suherman
mengelompokkan media ke dalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi
(ilmu pengethuan), dan media yang sekaligus merupakan alat untuk menanamkan
konsep seperti alat-alat peraga pendidikan matematika.
Adanya media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami suatu
konsep dalam pembelajaran. Sesuatu yang abstrak bisa menjadi jelas, sesuatu
yang sulit menjdi mudah, dan dapat mempertajam proses berpikir.
5. Pengertian
Belajar
Belajar
adalah proses menemukan pengetahuan dan perubahan sikap melalui pengalaman langsung
dari hasil dari membaca, berpikir,
perenungan, pencermatan terhadap lingkungan, atau kegiatan pembelajaran di
sekolah. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk
mendapatkan ilmu dari apa yang dipelajarinya. Belajar juga dapat berarti proses
perubahan tingkah laku yang ditimbulkan dari hasil latihan atau pengalaman. Proses
belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
Belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Hal terpenting dari hasil
belajar adalah adanya peningkatan pengetahuan (kognitive), keterampilan (psycomotoric),
dan perubahan sikap dan mental ke arah
yang lebih baik (afektive).
Howard
L. Kingskey (Djamarah, 2011) mengatakan, Learning is the process by wich
behavior (in the broader sense) is originated or change through practice or
training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan
atau diubah melalui praktik atau
latihan. Sedangkan Arsyad (2015) mengemukakan bahwa belajar suatu proses
yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Hamalik
(2007) mengatakan bahwa belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari
persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku, misalnya pemuasan
kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Akan tetapi, tidak semua
perubahan prilaku berarti belajar. Seorang yang patah tangannya akibat
kecelakaan kemudian mengubah kebiasaan dan prilakunya disesuaikan dengan
kondisi dan keadaan yang ada. Kehilangan tangannya itu sendiri bukanlah
belajar. Kegiatan belajar terjadi saat
adanya kegiatan penyesuaian diri dengan menambah keterampilan yang baru
sesuai dengan kondisi yang ada.
Murfiah
(2017), belajar merupakan proses pendewasaan yang dilakukan oleh guru dan
peserta didik berlangsung secara terus-menerus dari generasi ke generasi
sepanjang hayatnya. Sedangkan Rusman (2015), belajar pada hakekatnya adalah
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa.
Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian tujuan
dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan oleh guru.
Menurut
Surya (Rusman, 2015), ada delapan ciri-ciri perubahan prilaku, yaitu:
1. Perubahan
yang disadari dan disengaja (intensional)
2. Perubahan
yang berkesinambungan (kontinu)
3. Perubahan
yang fungsional
4. Perubahan
yang bersifat positif
5. Perubahan
yang bersifat aktif
6. Perubahan
yang bersifat permanen
7. Perubahan
yang bertujuan dan terarah
8. Perubahan
perilaku secara keseluruhan
Komisi
pendidikan untuk Abad XXI (Unesco dalam Aunurrahman, 2014), melihat bahwa
hakekat pendidikan sesungguhnya adalah belajar. Pendidikan hendaknya bertumpu
pada empat pilar yaitu 1) learning to
know, 2) learning to do, 3) learning to live together, dan 4) learning to be.
[Tugas Individu]
Jika
ingin jelas bagaimana para ahli memberikan teori yang berhubungan dengan
belajar, maka beberapa kelompok teori belajar berikut yang memberikan pandangan
khusus tentang belajar yaitu 1) Behaviorisme, 2) Kognitivisme, 3) Teori belajar
psikologi sosial, dan 4) Teori belajar Gagne. [Tugas Individu]
Perhatikan
bagaimana Nabi Muhammad SAW untuk pertama kalinya “belajar” melalui tahap demi
tahap penyampaian oleh Malaikat Jibril berupa Surat Al-‘Alaq dari Ayat 1 s.d. 5
yang berbunyi:
ٱقۡرَأۡ
بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ
ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ٢
ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ
٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤
عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا
لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya:.
Sungguh luar biasa hasilnya, sehingga kita tahu
bagaimana seseorang seharusnya untuk memulai belajar. Membaca merupakan langkah
awal untuk dapat memahami, mempelajarai, dan menghayati sesuatu yang ada
dihadapan kita. Membaca akan memberikan pengetahuan awal dan yang paling
penting adalah memberikan rangsangan agar fungsi otak dapat bekerja secara
maksimal. Kebiasaan memberikan rangsangan pada otak untuk senantiasa berpikir
sesuatu yang positif dan bermanfaat akan berdampak pada kecerdasan dan pola
pikir.
6. Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya dalam mengembangkan
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) pada saat individu
berinteraksi dengan informasi dan lingkungannya. Pembelajaran juga berarti
suatu upaya atau cara pengorganisasian siswa untuk mencapai tujuan pendidikan,
perubahan tingkah laku, tabiat, dan sikap yang melibatkan keterampilan kognitif
berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan perkembangan kecerdasan intelektual.
Menurut Rusman (2015), Pembelajaran merupakan
suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu
sama lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Sedangkan Warsita (Rusman, 2015), berpendapat bahwa pembelajarn adalah suatu
usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
pembelajaran peserta didik atau suatu upaya menciptakan kondisi agar terjadi
kegiatan belajar.
Sedangkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik denga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Interakti tersebut antara lain: 1) interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, 2) interaksi antara sesama peserta didik atau antar sejawat, 3)
interaksi peserta didik dengan nara sunber, 4) interaksi peserta didik bersama
pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan, 5) interaksi peserta
didik bersama pendidik dengan lingkungan
sosial dan alam.
Sudjana (Rusman, 2015) pembelajaran adalah setiap
upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan
interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar)
dan pendidik sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.
C. ALAT
PERAGA MATEMATIKA
Istilah alat peraga sering
dikaitkan dengan istilah media pembelajaran. Alat peraga matematika dapat
diartikan sebagai suatu perangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dan
disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan dan memahami
konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.
Alat peraga adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Ali,
1989). Menurut Ruseffendi (1992), alat peraga adalah alat yang menerangkan atau
mewujudkan konsep matematika, sedangkan pengertian alat peraga matematika
menurut Pramudjono (1995), adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau
disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan
konsep matematika.
Dengan alat peraga, hal-hal yang
abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkret yang
dapat dilihat, dipegang, diputar-balikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami.
Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu
menangkap konsep tersebut. Dalam pembelajaran matematika, penggunaan alat
peraga juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Erman Suherman yang mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika
kita sering menggunakan alat peraga, dengan menggunakan alat peraga, maka:
- Proses belajar mengajar termotivasi. Baik
siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan
senang, terangsang, tertarik, dank arena itu akan bersikap positif
terhadap pembelajaran matematika.
- Konsep abstrak matematika tersajikan dalam
bentuk konkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan
dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.
- Hubungan antara konsep abstrak matematika
dengan bendabenda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
- Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam
bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematik yang dapat dipakai
sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk
meneliti ide-ide batu dan relasi baru menjadi bertambah banyak.
Alat peraga itu dapat berupa
benda riil, gambarnya atau diagramnya. Keuntungan alat peraga benda riil adalah
benda-benda itu dapat dipindah-pindahkan (dimanipulasikan), sedangkan
kelemahannya adalah tidak dapat disajikan dalam buku (tulisan). Oleh karena itu
untuk bentuk tulisannya kita buat gambarnya datau diagramnya, tetapi
kekemahannya tidak dapat dimanipulasikan.
Belajar adalah proses melihat,
mengamati, memahami, dan mengerti terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang
ada sehingga diperoleh suatu pengetahuan atau pengalaman tertentu yang
diinginkan. Rusman (2010), berpendapat bahwa belajar pada hakekatnya adalah
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Sedangkan
Sadiman, dkk.( 2008) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia
masih bayi hingga ke liang lahat nanti.hal terpenting dari hasil belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku dan kedewasaan.
Pembelajaran biasanya berhubungan
erat dengan proses belajar dan mengajar baik pada sekolah formal maupun non
formal. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar dan mengajar dengan menggunakan
system yang sudah terpadu, rapih, dan terorganisir dengan baik yang dilengkapi
dengan fasilitas penunjang belajar untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Rusman (2010) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu system, yang
terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Kompooinen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat
komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan
model-model pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran tersebut.
Matematika merupakan ilmu yang
berhubungan dengan angka atau bilangan dan proses hitung menghitung. Pendapat
ini biasanya diperoleh dari masyarakat pada umumnya, karena yang mereka hanya sebatas ini. Josiah Willard Gibbs (Alisah dan Dharmawan, 2007), Mathematics is a language. Matematika
adalah sebuah Bahasa. Ini berarti bahwa matematika merupakan sebuah cara dalam
mengungkapkan
atau menerangkan hal-hal tertentu dengan
menggunakan bahasa matematika yaitu berupa simbol-simbol untuk memudahkan
persoalan dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam perkembangannya, matematika
merupakan komponen yang sangat penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal ini terbukti bahwa hampir semua aspek kehidupan manusia
berhubungan dengan matematika. Namun, hampir sebagian besar siswa tidak
menyukai matematika.
1. Apa pengertian dari media pembelajaran matematika dan alat peraga matematika?
2. Apa bedanya media pembelajaran dengan alat peraga matematika?
3. Berikan contoh nyata antara media pembelajaran dengan alat peraga matematika?
4. Apakah alat peraga matematika dapat berupa digital? berikan contohnya.
5. Sebutkan kelebihan dan kekurangan alat peraga matematika dan media pembelajaran berbasis digital.
6. Apakah HP dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika? jelaskan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar