Senin, 02 September 2019

Pengertian Media dan Alat Peraga Matematika

Pertemuan 2


Bab 1
Pengertian Media Pembelajaran dan Alat Peraga Matematika
A.     Pendahuluan
Ada beberapa sekolah mulai dari tingkat SD, SMP, maupun SMA/SMK pada proses pembelajaran matematika di kelas jarang menggunakan media pembelajaran matematika dalam hal ini pada penggunaan alat peraga matematika. Hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang menggunakan alat peraga matematika dan itu pun masih sangat minim sekali. Padahal, alat peraga matematika sangat membantu siswa dalam memahami dan mengerti pelajaran matematika terutama pada konsep-konsep tertentu yang memerlukan kecermatan dalam berpikir dan mengembangkan kemampuan penalarannya.
Alasan pihak sekolah masih sedikit atau jarang menggunakan media pembelajaran matematika khususnya alat peraga matematika pada proses pembelajaran matematika di kelas, antara lain: pertama, masih sedikitnya alat peraga matematika yang bisa mereka peroleh dan jika ada pun harganya cukup mahal. Kedua, kurang kreativitas dari guru matematika untuk membuat alat peraga matematika. Ketiga, ketidakmampuan sekolah untuk membiayai pembuatan alat peraga matematika. Keempat, minimnya pelatihan dan workshop pembuatan dan penggunaan alat peraga matematika bagi guruguru matematika. Kelima, kurangnya informasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang terkait dengan alat peraga matematika. Keenam, terkait dengan media pembelajaran matematika selain alat peraga matematika bahwa ketidakmampuan menggunakan komputer, laptop, atau HP yang berandroid untuk menjadi alat tersebut sebagai media pembelajaran matematika yang cocok dengan situasi dan kondisi proses pembelajarn di sekolah.
Banyak upaya dilakukan agar proses belajar di sekolah menarik, menyenangkan, bermakna, dan membuat siswa makin mencintai pelajaran tersebut. Upaya tersebut antara lain dengan melengkapi fasilitas belajar dengan media pembelajaran matematika yang sesuai baik media visual, audio, maupun audio visual.  Media pembelajaran matematika yang cocok dan sesuai tersebut sangat diperlukan bagi keberhasilan proses pembelajaran matematika tersebut. Selain itu, meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, kemampuan menyampaikan materi dengan baik dan menarik, kemampuan akhlak dan sikap yang arif,  kemampuan menguasai keterampilan yang diperlukan saat proses belajar mengajar di kelas serta kemampuan administrasi sekolah yang handal. Itulah kemampuan guru yang profesional. Kemampuan lain yang penting dan harus dikuasai guru adalah menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dan berusaha selalu update terhadap perkembangannya berikut cara menggunakan teknologi tersebut.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat memberi warna dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan dan semakin mendorong upaya pembaharuan untuk memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran di kelas.. Oleh karena itu, keterampilan seorang guru dalam menguasai dan menggunakan media pembelajaran matematika yang berbasis ICT (Information and Comunication Technology)  sangat diperlukan.

B.     Pengertian Media Pembelajaran Matematika
1.      Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan dari bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau  penyalur. Media merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai penyalur informasi belajar atau pesan materi pelajaran. Manusia dan juga materi tertentu dapat disebut sebagai media pembelajaran juga. Media pembelajaran merupakan suatu alat atau benda tertentu yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat menyampaikan pesan dari sumber belajar kepada orang lain. Media pembelajaran dapat dikatakan baik, apabila pesan yang diterima sama dengan apa yang disampaikan oleh sumber belajar. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,  atau kejadian  yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu  memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. 
Sundayana (2014) mengatakan bahwa secara lebih khusus, pengertian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-ala grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan meyusun kembali informasi visual dan verbal. Adapun AECT (Association  Of  Education Technology, 1977) telah  memberikan batasan tentang media bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Jadi, segala sesuatu yang berfungsi sebagai penyampai pesan atau informasi dapat dikategorikan sebagi media. Sementara Hamidjodjo (Latuheru, 1993), memberi batasan pula bahwa media merupakan semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Lain halnya dengan apa yang diungkapkan oleh Hamalik (1989), yang mengistilahkan media pendidikan sebagai alat bantu atau media komunikasi yang berfungsi agar hubungan komunikasi dapat berjalan lancar dengan hasil yang maksimal. Sedangkan Gagne dan Briggs (Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran seperti buku, tape secorder, kaset, video camera, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dari beberapa media pembelajaran tersebut ada yang berfungsi sebagai sumber belajar. Artinya media tersebut bukan hanya menyampaikan pesan atau informasi materi pelajaran, tapi dapat juga sebagai sumber yang dijadikan rujukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh buku, komputer, televisis, slide, film, dan lain sebagainya.
Media juga dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik visual, audio visual, maupun peralatanya yang mendukung proses pembelajaran. Media juga dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Sesuai perkembangan zaman, terjadi perubahan pandangan tentang penggunaan kata media menjadi teknologi dan ini lebih kepada alat atau sarana yang memiliki fungsi yang canggih dalam menyampaikan informasi atau pesan. Biasanya kecanggihan dari alat tersebut terletak pada daya dan kafasitas alat tersebut dalam memberikan informasi karena dilengkapi dengan program yang handal dan terkini.
Media pembelajaran matematika adalah alat atau sarana penyampai informasi yang berisi materi atau pelajaran matematika yang digunakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar berlangsung. Tentunya media pembelajaran yang dipakai harus sesuai ide atau gagasan dalam menjelaskan konsep-konsep  matematika yang diajarkan sehingga dapat mempermudah pemahaman dan pengertian siswa tentang konsep matematika tersebut.
Berbicara tentang media tentu sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Dalam proses pembelajaran termasuk pembelajaran matematika terjadi komunikasi antara guru dengan siswa dan juga antara siswa dengan siswa, karena pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Dalam proses belajar mengajar tersebut, sebagai komunikannya adalah siswa dan sebagai komunikatornya adalah guru dan siswa. Dalam berkomunikasi, komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan. Agar pesan yang disampaikan (berupa pengetahuan, pengalaman, atau gagasan) dapat ditangkap, dipahami, dan dipelajari dengan baik oleh komunikan, maka komunikator harus memikirkan cara-cara komunikasi yang efektif, karena kesalahan komunikasi akan menimbulkan masalah. Kesalahan komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya:
1.      Guru sebagai komunikator kurang mampu dalam cara menyampaikan pesan.
2.      Adanya perbedaan daya tangkap para siswa sebagai komunikan;
3.      Adanya perbedaan ruang dan waktu antara guru sebagai komunikator dengan para siswa sebagai komunikan; dan
4.      Jumlah  siswa  sebagai  komunikan  sangat  besar,  sehingga  sukar  dijangkau secara perorangan oleh guru sebagai komunikator.
Oleh karena itu agar komunikasi berjalan lancar, maka diperlukan media. Dalam proses belajar mengajar media yang digunakan disebut juga media Pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Sedangkan dalam bahasa Arab, media adalah perantara pesan dari pengirim kepada penerima pesan.  Kata media, secara umum juga mempunyai makna segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi atau pesan dari sumber informasi kepada penerima informasi.


Kegiatan pembelajaran pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengjaran maka media itu disebut media pembelajaran.
Senada dengan pernyataan tersebut, Briggs (dalam Djamarah, 2005) mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993) member batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, ggasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Apabila kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh hamalik (1989) bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sementara Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2002) secara implisit menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang antar lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahanafisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
National Education Association (Sadiman, dkk., 1986) memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik terletak maupun audio-visual dan peralatannya. Dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca. Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau digantikan  dengan  kata “teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa Inggris; art) dan logosn(bahasa Indonesia;ilmu) . Menurut websten (1983:105) “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, study dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pengajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai : perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Arsyad, 2002:3-5). Menurut Erman Suherman menjelaskan terdapat beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain: (1) media non projected seperti: fotografi, diagram, sajian (display), dan model-model, (2) media projected seperti: slide, filmstrip, transparansi, dan komputer proyektor, (3) media dengar seperti: kaset, compact disk, (4) media gerak seperti: video dan film, (5) komputer, multimedia, (6) serta media yang digunakan untuk belajar jarak jauh seperti radio dan televisi, serta internet (komputer).\
Lebih lanjut Erman Suherman mengelompokkan media ke dalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi (ilmu pengethuan), dan media yang sekaligus merupakan alat untuk menanamkan konsep seperti alat-alat peraga pendidikan matematika. Adanya media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep dalam pembelajaran. Sesuatu yang abstrak bisa menjadi jelas, sesuatu yang sulit menjdi mudah, dan dapat mempertajam proses berpikir.

5.      Pengertian Belajar
Belajar adalah proses menemukan pengetahuan dan perubahan sikap melalui pengalaman langsung dari hasil dari membaca,  berpikir, perenungan, pencermatan terhadap lingkungan, atau kegiatan pembelajaran di sekolah. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan ilmu dari apa yang dipelajarinya. Belajar juga dapat berarti proses perubahan tingkah laku yang ditimbulkan dari hasil latihan atau pengalaman. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Hal terpenting dari hasil belajar adalah adanya peningkatan pengetahuan (kognitive), keterampilan (psycomotoric), dan perubahan sikap dan mental  ke arah yang lebih baik (afektive).
Howard L. Kingskey (Djamarah, 2011) mengatakan, Learning is the process by wich behavior (in the broader sense) is originated or change through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah  melalui praktik atau latihan. Sedangkan Arsyad (2015) mengemukakan bahwa belajar suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Hamalik (2007) mengatakan bahwa belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Akan tetapi, tidak semua perubahan prilaku berarti belajar. Seorang yang patah tangannya akibat kecelakaan kemudian mengubah kebiasaan dan prilakunya disesuaikan dengan kondisi dan keadaan yang ada. Kehilangan tangannya itu sendiri bukanlah belajar. Kegiatan belajar terjadi saat  adanya kegiatan penyesuaian diri dengan menambah keterampilan yang baru sesuai dengan kondisi yang ada.
Murfiah (2017), belajar merupakan proses pendewasaan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik berlangsung secara terus-menerus dari generasi ke generasi sepanjang hayatnya. Sedangkan Rusman (2015), belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan oleh guru.
Menurut Surya (Rusman, 2015), ada delapan ciri-ciri perubahan prilaku, yaitu:
1.      Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)
2.      Perubahan yang berkesinambungan (kontinu)
3.      Perubahan yang fungsional
4.      Perubahan yang bersifat positif
5.      Perubahan yang bersifat aktif
6.      Perubahan yang bersifat permanen
7.      Perubahan yang bertujuan dan terarah
8.      Perubahan perilaku secara keseluruhan
Komisi pendidikan untuk Abad XXI (Unesco dalam Aunurrahman, 2014), melihat bahwa hakekat pendidikan sesungguhnya adalah belajar. Pendidikan hendaknya bertumpu pada empat pilar yaitu 1) learning to know, 2) learning to do, 3) learning to live together, dan 4) learning to be. [Tugas Individu]
Jika ingin jelas bagaimana para ahli memberikan teori yang berhubungan dengan belajar, maka beberapa kelompok teori belajar berikut yang memberikan pandangan khusus tentang belajar yaitu 1) Behaviorisme, 2) Kognitivisme, 3) Teori belajar psikologi sosial, dan 4) Teori belajar Gagne. [Tugas Individu]
Perhatikan bagaimana Nabi Muhammad SAW untuk pertama kalinya “belajar” melalui tahap demi tahap penyampaian oleh Malaikat Jibril berupa Surat Al-‘Alaq dari Ayat 1 s.d. 5 yang berbunyi:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ٢
ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤
عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya:.

Sungguh luar biasa hasilnya, sehingga kita tahu bagaimana seseorang seharusnya untuk memulai belajar. Membaca merupakan langkah awal untuk dapat memahami, mempelajarai, dan menghayati sesuatu yang ada dihadapan kita. Membaca akan memberikan pengetahuan awal dan yang paling penting adalah memberikan rangsangan agar fungsi otak dapat bekerja secara maksimal. Kebiasaan memberikan rangsangan pada otak untuk senantiasa berpikir sesuatu yang positif dan bermanfaat akan berdampak pada kecerdasan dan pola pikir.

6.      Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungannya. Pembelajaran juga berarti suatu upaya atau cara pengorganisasian siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, perubahan tingkah laku, tabiat, dan sikap yang melibatkan keterampilan kognitif berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan perkembangan kecerdasan intelektual.
Menurut Rusman (2015), Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Sedangkan Warsita (Rusman, 2015), berpendapat bahwa pembelajarn adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk pembelajaran peserta didik atau suatu upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.
Sedangkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik denga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interakti tersebut antara lain: 1) interaksi antara pendidik dengan peserta didik, 2) interaksi antara sesama peserta didik atau antar sejawat, 3) interaksi peserta didik dengan nara sunber, 4) interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan, 5) interaksi peserta didik bersama pendidik  dengan lingkungan sosial dan alam.
Sudjana (Rusman, 2015) pembelajaran adalah setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.



C.  ALAT PERAGA MATEMATIKA

Istilah alat peraga sering dikaitkan dengan istilah media pembelajaran. Alat peraga matematika dapat diartikan sebagai suatu perangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dan disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan dan memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.

Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Ali, 1989). Menurut Ruseffendi (1992), alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep matematika, sedangkan pengertian alat peraga matematika menurut Pramudjono (1995), adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.

Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang, diputar-balikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap konsep tersebut. Dalam pembelajaran matematika, penggunaan alat peraga juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman yang mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika kita sering menggunakan alat peraga, dengan menggunakan alat peraga, maka:

  1. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dank arena itu akan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
  2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.
  3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan bendabenda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
  4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematik yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide batu dan relasi baru menjadi bertambah banyak.

Alat peraga itu dapat berupa benda riil, gambarnya atau diagramnya. Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda-benda itu dapat dipindah-pindahkan (dimanipulasikan), sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat disajikan dalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk tulisannya kita buat gambarnya datau diagramnya, tetapi kekemahannya tidak dapat dimanipulasikan.

Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami, dan mengerti terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang ada sehingga diperoleh suatu pengetahuan atau pengalaman tertentu yang diinginkan. Rusman (2010), berpendapat bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Sedangkan Sadiman, dkk.( 2008) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.hal terpenting dari hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dan kedewasaan.

Pembelajaran biasanya berhubungan erat dengan proses belajar dan mengajar baik pada sekolah formal maupun non formal. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar dan mengajar dengan menggunakan system yang sudah terpadu, rapih, dan terorganisir dengan baik yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang belajar untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Rusman (2010) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu system, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Kompooinen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran tersebut.

Matematika merupakan ilmu yang berhubungan dengan angka atau bilangan dan proses hitung menghitung. Pendapat ini biasanya diperoleh dari masyarakat pada umumnya, karena yang mereka hanya sebatas ini. Josiah Willard Gibbs (Alisah dan Dharmawan, 2007), Mathematics is a language. Matematika adalah sebuah Bahasa. Ini berarti bahwa matematika merupakan sebuah cara dalam mengungkapkan
atau menerangkan hal-hal tertentu dengan menggunakan bahasa matematika yaitu berupa simbol-simbol untuk memudahkan persoalan dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam perkembangannya, matematika merupakan komponen yang sangat penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terbukti bahwa hampir semua aspek kehidupan manusia berhubungan dengan matematika. Namun, hampir sebagian besar siswa tidak menyukai matematika.


Pertanyaan:
1. Apa pengertian dari media pembelajaran matematika dan alat peraga matematika?
2. Apa bedanya media pembelajaran dengan alat peraga matematika?
3. Berikan contoh nyata antara media pembelajaran dengan alat peraga matematika?
4. Apakah alat peraga matematika dapat berupa digital? berikan contohnya.
5. Sebutkan kelebihan dan kekurangan alat peraga matematika dan media pembelajaran berbasis digital.
6. Apakah HP dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika? jelaskan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar