Senin, 16 September 2019

BAB I PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP


PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK

 SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP
                                                                 

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan
Menempuh Gelar Magister Pendidikan Matematika




Oleh:
HAERUDIN
Nim. 12102028


PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG
2014



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kemampuan penalaran dan komunikasi merupakan bagian yang utama yang hendak dicapai dalam tujuan pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 (Wijaya 2012: 16) tentang standar isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2.      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.      Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.      Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memplajari matematika, sera sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain itu kemampuan penalaran dan komunikasi matematik merupakan aspek yang sangat penting dan esensial. Turmudi (2012) mengemukakan bahwa Aspek komunikasi dan penalaran hendaknya menjadi aspek penting dalam pembelajaran matematika. Penalaran matematik merupakan suatu kebiasaan otak yang apabila dikembangkan dengan baik dan konsisten akan memudahkan dalam mengkomunikasikan matematika baik secara tertulis maupun lisan. Menuangkan gagasan dan ide-ide matematika bukanlah hal yang mudah perlu kecermatan dan daya nalar yang baik. Begitu juga ketika menyelesaikan soal-soal matematika terutama bila ingin mendapatkan kesimpulan yang logis dari data dan sumber yang relevan.
Seorang siswa dapat dikatakan mempunyai penalaran matematik yang baik apabila siswa tersebut sudah mampu menarik kesimpulan logis dari hasil pengamatan dalam pembelajaran matematika, mampu memberikan penjelasan-penjelasan terhadap suatu gambar tertentu tentang sifat atau hubungannya dengan unsur yang lain dan mampu melakukan perhitungan yang berdasarkan rumus-rumus tertentu.
Salah satu ciri dari matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan atau konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran yang sudah ada sebelumnya dimana nilai kebenaranya bersifat mutlak benar atau salah dan tidak keduanya bersama-sama. Sebagaimana yang diungkapkan Sumarmo (2012) yang menyatakan bahwa nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak atau salah dan tidak keduanya bersama-sama.
Menurut Turmudi (2008) bahwa  komunikasi adalah bagian yang  esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Bisa difahami bahwa tanpa adanya komunikasi yang baik sangat sulit bisa mengembangkan matematika sebagaimana tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini karena proses komunikasi akan membantu siswa dalam membangun makna, menyampaikan gagasan dengan benar, dan memudahkan dalam menjelaskan gagasan-gagasan tersebut kepada orang lain sehingga informasinya mudah dimengerti dan difahami.
Pentingya pemilikan kemampuan komunikasi matematik dijelaskan pula oleh Asikin (Sumarmo, 2012) yaitu membantu siswa menajamkan cara siswa berpikir, sebagai alat untuk menilai pemahaman siswa, membantu siswa mengorganisasi pengetahuan matematika mereka, membantu siswa membangun pengetahuan matematikanya, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik, memajukan penalarannya, membangun kemampuan diri, meningkatkan keterampilan sosialnya, serta bermanfaat dalam mendidrikan komunitas matematik. Turmudi (2012) menambahkan bahwa proses komunikasi membantu membangun makna dan kelengkapan gagasan dan membuat hal ini menjadi milik publik.
Baik kemampuan penalaran maupun komunikasi matematik sangat berperan dalam membuat siswa mandiri dalam belajar. Dengan kemampuan tersebut diharapkan siswa akan semakin senang dalam belajar matematika, semakin terpacu mempelajarinya dan baik pola pikirnya, dan semakin tertantang dalam menyelesaikan soal-soal matematikanya. Dengan demikian, siswa akan lebih mandiri dalam belajar dan selalu berusaha agar dirinya mampu menguasai matematika dengan baik.
Kemandirian belajar sangat penting dimiliki oleh siswa. Siswa yang mandiri dalam belajar berarti siswa tersebut memiliki sikap dan prilaku, merasakan sesuatu, bernalar dan mengambil keputusan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Berkenaan dengan prilaku mandiri. Monk, dkk (1999) mengatakan bahwa orang yang mandiri akan memperlihatkan prilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu, mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas serta dapat memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada tujuan dan mampu mengendalikan diri.
Namun kenyataan di lapangan untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar tidaklah mudah. Wahyudin (Sumarmo, 2013) menambahkan bahwa hal ini berakibat pada hasil belajar matematika siswa masih belum menggembirakan khususnya dalam aspek penalaran. Penyebabnya karena sebagian besar guru masih mengajar dengan cara yang biasa sehingga proses pembelajaran masih terfokus pada guru dan kurangnya inovatif dalam pembelajaran. Menciptakan pembelajaran yang inovatif, bermutu, menyenangkan, mendorong siswa berinteraksi dengan sesama siswa dalam belajar, mendorong siswa menggunakan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik, dan pembelajaran yang terfokus pada siswa sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sangat diperlukan.
Selain hal tersebut di atas, perlu adanya pandangan baru dalam matematika. Turmudi (2008) berpendapat bahwa pergeseran cara pandang matematika akan berpengaruh terhadap cara penyampaian matematika kepada para siswa. Adanya pandangan bahwa matematika sebagai “strict body of knowledge” telah meletakkan pondasi bahwa siswa adalah objek pasif, karena yang diutamakan disini “knowledge of mathematics”. Dalam kondisi seperti ini pula matematika dipandang sebagai hal yang statis sehingga pertumbuhan teori matematis sangatlah lamban. Untuk itu, pandangan seperti ini harus diubah yaitu dengan berpandangan bahwa matematika dapat membuat orang pintar, cerdas, dan kreatif.
Matematika itu indah. Konsepnya yang abstrak tidaklah langsung membuat matematika sukar dipelajarai. Artinya siapa pun dapat mempelajari matematika dengan baik. Kemampuan penalaran dan komunikasi matematik bila diterapkan dan dikembangkan dengan baik akan memudahkan dalam mmpelajari matematika karena matematika adalah ilmu yang tersruktur dan sistematik dan adanya keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Sumarmo (2013 : 149) mengatakan, bahwa pada hakekatnya, matematika sebagai ilmu terstruktur dan sistematik mengandung arti bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa adalah pendekatan SAVI, karena pendekatan SAVI  lebih berorientasi pada siswa yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan  melibatkan semua indera sehingga akan berpengaruh besar pada pembelajaran. SAVI kepanjangan dari Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual. Menurut Meier (2002: 91-92) bahwa unsur-unsur SAVI mudah diingat, Somatis: belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori: belajar degan berbicara dan mendengar,Visual: belajar dengan mengamati mengambarkan, dan Intelektual: belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.
Dalam proses pembelajaran yang aktif dan kreatif, sudah pasti melibatkan semua kemampuan yang dimiliki siswa dari kemampuan bergerak dan berbuat (Somatis), kemampuan berbicara dan mendengar (Auditori), kemampuan mengamati dan menggambarkan (Visual), dan kemampuan memecahkan masalah dan merenung (Intelektual). Semua kemampuan tersebut berimbas pada adanya penigkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik. Bila pendekatan ini sudah merupakan kebiasaan dalam proses pembelajaran maka kemandirian belajar siswa pun akan meningkat. Jadi, diharapkan pendekatan SAVI mampu meningkatkan kemampuan panalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa.

B.     Rumusan Masalah
Seperti telah dikemukakan pada latar belakang masalah diperlukan suatu pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa SMP untuk mengembangkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik secara optimal serta kemandirian belajar yang baik. Pendekatan SAVI diharapkan dapat memberi peluang untuk membantu siswa SMP meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik  serta kemandirian belajar dalam belajarnya.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah kemampuan penalaran matematik siswa yang  pembelajarannya
meggunakan   pendekatan   SAVI   lebih   baik   dibandingkan   dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?
2.      Apakah kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?
3.      Apakah kemandirian belajar siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan SAVI lebih baik diibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?
4.      Apakah terdapat assosiasi antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI?
5.      Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan penalaran matematik dan kemandirian belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI?
6.      Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI?
7.      Kesulitan apa yang dialami siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI?
8.      Bagaimana pendapat  siswa SMP terhadap pembelajaran matematika pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan SAVI?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.      Menelah peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa yang pembelajarannya meggunakan   pendekatan   SAVI dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
2.      Menelaah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
3.      Menelaah kemandirian belajar siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan SAVI dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
4.      Menelaah assosiasi antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI.
5.      Menelaah assosiasi antara kemampuan penalaran dan kemandirian belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI.
6.      Menelaah assosiasi antara kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI.
7.      Menelaah kesulitan apa yang dialami siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI.
8.      Memperoleh gambaran tentang sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI.

D.    Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini  diharapkan  dapat  menghasilkan temuan-temuan yang dapat memberikan  masukan-masukan yang berarti bagi perbaikan kualitas dan mutu pendidikan khususnya pelajaran matematika di kelas dalam mengembangkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik. Adapun manfaat penelitiannya sebagai berikut:
1.       Bagi Peneliti:
a.       Untuk mengetahui gambaran dan efektivitas pembelajaran melalui pendekatan SAVI  dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik  siswa SMP.
b.      Sebagai media untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang
telah didapat selama perkuliahan  maupun di luar perkuliahan
2.      Bagi Siswa:
a.       Siswa   terbiasa belajar  dengan pendekatan SAVI sehingga kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa SMP semakin meningkat dan berkembang dengan baik.
b.      Siswa dapat meningkatkan cara belajar dan kerjasama yang baik dengan penuh rasa tanggung jawab dalam meningkatkan sikap kemandirian belajar sehingga proses pembelajarannya semakin berkualitas.
3.      Bagi Guru, membantu   guru    matematika   mencari   dan   menggunakan   metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan situasi dan kondisi untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa SMP.
4.      Bagi pembuat kebijakan, agar lebih memahami bahwa dalam proses pembelajaran matematika sangat dibutuhkan adanya inovasi pembelajaran terutama yang sudah melalui kajian secara mendalam dan empiris sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan menjadi salah satu aternatif dalam meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa.

E.     Definisi Operasional
Agar tidak terjadi pengertian yang berbeda-beda tentang istilah-istilah yang digunakan dan juga untuk memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan, sehingga dapat bekerja lebih terarah, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional. Istilah-istilah tersebut adalah:
1.      Penalaran adalah proses berpikir siswa dalam menarik kesimpulan. Pada penelitian ini yang dimaksud adalah penalaran induktif yang terdiri dari penalaran analogi dan transduktif.
a.       Penalaran analogi adalah proses menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan dengan cara membandingkan dua hal yang berlainan.
b.      Penalaran transduktif adalah proses penarikan kesimpulan berdasarkan pengamatan yang terbatas pada hal tertentu.
c.       Penalaran generalisasi adalah proses penarikan kesimpulan secara umum berdasarkan pada hal yang terbatas.
2.      Kemampuan komunikasi adalah kemampuan menjelaskan idea matematik dengan gambar atau grafik, menghubungkan gambar, grafik atau situasi ke dalam idea matematika, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika dan menjelaskan serta membuat pertanyaan tentang matematika.
3.      Kemandirian belajar adalah kemampuan individu dalam menumbuhkembangkan inisiatif belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menetapkan tujuan belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, memilih dan menerapkan strategi belajar, mengevaluasi proses dan hasil belajar, serta memiliki konsep diri (self-efficacy).
4.      Pendekatan SAVI adalah suatu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa belajar menggunakan kemampuan indera tubuh dan kemampuan berpikir. Dalam penelitian ini unsur-unsur SAVI terdiri dari:
a.       Somatis adalah belajar dengan berbuat dan bertindak.
b.      Auditori adalah belajar mendengar dan mengemukakan pendapat atau ide.
c.       Visual adalah belajar mengamati dan menggambarkan hasil pengamatan.
d.      Intelektual adalah belajar untuk meningkatkan kemampuan berpikir dengan memecahkan masalah.
5.    Pembelajaran konvensional adalah proses belajar megajar di kelas yang sudah biasa  dilakukan guru pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar