PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN
SAVI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK
SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan
Menempuh Gelar Magister Pendidikan
Matematika
Oleh:
HAERUDIN
Nim. 12102028
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kemampuan
penalaran dan komunikasi merupakan bagian yang utama yang hendak dicapai dalam
tujuan pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 20
tahun 2006 (Wijaya 2012: 16) tentang standar isi, disebutkan bahwa pembelajaran
matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah.
2. Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah.
5. Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam memplajari matematika, sera sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Selain
itu kemampuan penalaran dan komunikasi matematik merupakan aspek yang sangat
penting dan esensial. Turmudi (2012) mengemukakan bahwa Aspek komunikasi dan
penalaran hendaknya menjadi aspek penting dalam pembelajaran matematika. Penalaran
matematik merupakan suatu kebiasaan otak yang apabila dikembangkan dengan baik
dan konsisten akan memudahkan dalam mengkomunikasikan matematika baik secara
tertulis maupun lisan. Menuangkan gagasan dan ide-ide matematika bukanlah hal
yang mudah perlu kecermatan dan daya nalar yang baik. Begitu juga ketika menyelesaikan
soal-soal matematika terutama bila ingin mendapatkan kesimpulan yang logis dari
data dan sumber yang relevan.
Seorang
siswa dapat dikatakan mempunyai penalaran matematik yang baik apabila siswa
tersebut sudah mampu menarik kesimpulan logis dari hasil pengamatan dalam pembelajaran
matematika, mampu memberikan penjelasan-penjelasan terhadap suatu gambar
tertentu tentang sifat atau hubungannya dengan unsur yang lain dan mampu
melakukan perhitungan yang berdasarkan rumus-rumus tertentu.
Salah
satu ciri dari matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu
pernyataan atau konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran yang
sudah ada sebelumnya dimana nilai kebenaranya bersifat mutlak benar atau salah
dan tidak keduanya bersama-sama. Sebagaimana yang diungkapkan Sumarmo (2012)
yang menyatakan bahwa nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak
atau salah dan tidak keduanya bersama-sama.
Menurut
Turmudi (2008) bahwa komunikasi adalah
bagian yang esensial dari matematika dan
pendidikan matematika. Bisa difahami bahwa tanpa adanya komunikasi yang baik
sangat sulit bisa mengembangkan matematika sebagaimana tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Hal ini karena proses komunikasi akan membantu siswa dalam
membangun makna, menyampaikan gagasan dengan benar, dan memudahkan dalam
menjelaskan gagasan-gagasan tersebut kepada orang lain sehingga informasinya
mudah dimengerti dan difahami.
Pentingya
pemilikan kemampuan komunikasi matematik dijelaskan pula oleh Asikin (Sumarmo,
2012) yaitu membantu siswa menajamkan cara siswa berpikir, sebagai alat untuk
menilai pemahaman siswa, membantu siswa mengorganisasi pengetahuan matematika
mereka, membantu siswa membangun pengetahuan matematikanya, meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematik, memajukan penalarannya, membangun kemampuan
diri, meningkatkan keterampilan sosialnya, serta bermanfaat dalam mendidrikan
komunitas matematik. Turmudi (2012) menambahkan bahwa proses komunikasi
membantu membangun makna dan kelengkapan gagasan dan membuat hal ini menjadi
milik publik.
Baik
kemampuan penalaran maupun komunikasi matematik sangat berperan dalam membuat
siswa mandiri dalam belajar. Dengan kemampuan tersebut diharapkan siswa akan
semakin senang dalam belajar matematika, semakin terpacu mempelajarinya dan
baik pola pikirnya, dan semakin tertantang dalam menyelesaikan soal-soal
matematikanya. Dengan demikian, siswa akan lebih mandiri dalam belajar dan
selalu berusaha agar dirinya mampu menguasai matematika dengan baik.
Kemandirian
belajar sangat penting dimiliki oleh siswa. Siswa yang mandiri dalam belajar
berarti siswa tersebut memiliki sikap dan prilaku, merasakan sesuatu, bernalar
dan mengambil keputusan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Berkenaan dengan
prilaku mandiri. Monk, dkk (1999) mengatakan bahwa orang yang mandiri akan
memperlihatkan prilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya
diri dan kreatif. Selain itu, mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat
sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan
mampu menerima realitas serta dapat memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi
dengan teman sebaya, terarah pada tujuan dan mampu mengendalikan diri.
Namun
kenyataan di lapangan untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi
matematik serta kemandirian belajar tidaklah mudah. Wahyudin (Sumarmo, 2013)
menambahkan bahwa hal ini berakibat pada hasil belajar matematika siswa masih
belum menggembirakan khususnya dalam aspek penalaran. Penyebabnya karena
sebagian besar guru masih mengajar dengan cara yang biasa sehingga proses pembelajaran
masih terfokus pada guru dan kurangnya inovatif dalam pembelajaran. Menciptakan
pembelajaran yang inovatif, bermutu, menyenangkan, mendorong siswa berinteraksi
dengan sesama siswa dalam belajar, mendorong siswa menggunakan kemampuan
penalaran dan komunikasi matematik, dan pembelajaran yang terfokus pada siswa
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sangat diperlukan.
Selain
hal tersebut di atas, perlu adanya pandangan baru dalam matematika. Turmudi
(2008) berpendapat bahwa pergeseran cara pandang matematika akan berpengaruh
terhadap cara penyampaian matematika kepada para siswa. Adanya pandangan bahwa
matematika sebagai “strict body of
knowledge” telah meletakkan pondasi bahwa siswa adalah objek pasif, karena
yang diutamakan disini “knowledge of
mathematics”. Dalam kondisi seperti ini pula matematika dipandang sebagai
hal yang statis sehingga pertumbuhan teori matematis sangatlah lamban. Untuk
itu, pandangan seperti ini harus diubah yaitu dengan berpandangan bahwa matematika
dapat membuat orang pintar, cerdas, dan kreatif.
Matematika
itu indah. Konsepnya yang abstrak tidaklah langsung membuat matematika sukar
dipelajarai. Artinya siapa pun dapat mempelajari matematika dengan baik.
Kemampuan penalaran dan komunikasi matematik bila diterapkan dan dikembangkan
dengan baik akan memudahkan dalam mmpelajari matematika karena matematika
adalah ilmu yang tersruktur dan sistematik dan adanya keterkaitan antara konsep
yang satu dengan konsep yang lainnya. Sumarmo (2013 : 149) mengatakan, bahwa
pada hakekatnya, matematika sebagai ilmu terstruktur dan sistematik mengandung
arti bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling keterkaitan antara
satu dengan lainnya.
Salah
satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan
komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa adalah pendekatan SAVI,
karena pendekatan SAVI lebih
berorientasi pada siswa yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas
intelektual dan melibatkan semua indera
sehingga akan berpengaruh besar pada pembelajaran. SAVI kepanjangan dari
Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual. Menurut Meier (2002: 91-92) bahwa
unsur-unsur SAVI mudah diingat, Somatis: belajar dengan bergerak dan berbuat,
Auditori: belajar degan berbicara dan mendengar,Visual: belajar dengan
mengamati mengambarkan, dan Intelektual: belajar dengan memecahkan masalah dan
merenung.
Dalam
proses pembelajaran yang aktif dan kreatif, sudah pasti melibatkan semua
kemampuan yang dimiliki siswa dari kemampuan bergerak dan berbuat (Somatis),
kemampuan berbicara dan mendengar (Auditori), kemampuan mengamati dan
menggambarkan (Visual), dan kemampuan memecahkan masalah dan merenung
(Intelektual). Semua kemampuan tersebut berimbas pada adanya penigkatan
kemampuan penalaran dan komunikasi matematik. Bila pendekatan ini sudah
merupakan kebiasaan dalam proses pembelajaran maka kemandirian belajar siswa
pun akan meningkat. Jadi, diharapkan pendekatan SAVI mampu meningkatkan
kemampuan panalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa.
B. Rumusan
Masalah
Seperti telah dikemukakan
pada latar belakang masalah diperlukan suatu pembelajaran matematika yang
memungkinkan siswa SMP untuk mengembangkan kemampuan penalaran dan komunikasi
matematik secara optimal serta kemandirian belajar yang baik. Pendekatan SAVI
diharapkan dapat memberi peluang untuk membantu siswa SMP meningkatkan
kemampuan penalaran dan komunikasi matematik
serta kemandirian belajar dalam belajarnya.
Berdasarkan uraian pada
latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Apakah
kemampuan penalaran matematik siswa yang pembelajarannya
meggunakan pendekatan SAVI lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional?
2.
Apakah
kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan SAVI lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional?
3.
Apakah
kemandirian belajar siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan
pendekatan SAVI lebih baik diibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional?
4.
Apakah
terdapat assosiasi antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI?
5.
Apakah
terdapat asosiasi antara kemampuan penalaran matematik dan kemandirian belajar
siswa yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI?
6.
Apakah
terdapat asosiasi antara kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian belajar
siswa yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI?
7.
Kesulitan
apa yang dialami siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan SAVI?
8.
Bagaimana
pendapat siswa SMP terhadap pembelajaran
matematika pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan SAVI?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1.
Menelah
peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa yang pembelajarannya meggunakan pendekatan SAVI dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
2.
Menelaah
peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan SAVI dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
3.
Menelaah
kemandirian belajar siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan
pendekatan SAVI dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
4.
Menelaah
assosiasi antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI.
5.
Menelaah
assosiasi antara kemampuan penalaran dan kemandirian belajar siswa yang
pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI.
6.
Menelaah
assosiasi antara kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian belajar siswa
yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan SAVI.
7.
Menelaah
kesulitan apa yang dialami siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan SAVI.
8.
Memperoleh
gambaran tentang sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan SAVI.
D.
Manfaat
Penelitian
Adanya
penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
temuan-temuan yang dapat memberikan
masukan-masukan yang berarti bagi perbaikan kualitas dan mutu pendidikan
khususnya pelajaran matematika di kelas dalam mengembangkan kemampuan penalaran
dan komunikasi matematik. Adapun manfaat penelitiannya sebagai berikut:
1.
Bagi Peneliti:
a. Untuk
mengetahui gambaran dan efektivitas pembelajaran melalui pendekatan SAVI dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran
dan komunikasi matematik siswa SMP.
b. Sebagai
media untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang
telah didapat selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan
2. Bagi
Siswa:
a. Siswa terbiasa belajar dengan pendekatan SAVI sehingga kemampuan penalaran
dan komunikasi matematik siswa SMP semakin meningkat dan berkembang dengan baik.
b. Siswa
dapat meningkatkan cara belajar dan kerjasama yang baik dengan penuh rasa
tanggung jawab dalam meningkatkan sikap kemandirian belajar sehingga proses
pembelajarannya semakin berkualitas.
3. Bagi
Guru, membantu guru matematika
mencari dan menggunakan
metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan situasi dan kondisi
untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik serta
kemandirian belajar siswa SMP.
4. Bagi
pembuat kebijakan, agar lebih memahami bahwa dalam proses pembelajaran
matematika sangat dibutuhkan adanya inovasi pembelajaran terutama yang sudah
melalui kajian secara mendalam dan empiris sehingga hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai rujukan menjadi salah satu aternatif dalam meningkatkan
kemampuan penalaran dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa.
E.
Definisi
Operasional
Agar tidak terjadi
pengertian yang berbeda-beda tentang istilah-istilah yang digunakan dan juga
untuk memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan,
sehingga dapat bekerja lebih terarah, maka beberapa istilah perlu didefinisikan
secara operasional. Istilah-istilah tersebut adalah:
1.
Penalaran
adalah proses berpikir siswa dalam menarik kesimpulan. Pada penelitian ini yang
dimaksud adalah penalaran induktif yang terdiri dari penalaran analogi dan
transduktif.
a.
Penalaran
analogi adalah proses menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan dengan cara
membandingkan dua hal yang berlainan.
b.
Penalaran
transduktif adalah proses penarikan kesimpulan berdasarkan pengamatan yang
terbatas pada hal tertentu.
c.
Penalaran
generalisasi adalah proses penarikan kesimpulan secara umum berdasarkan pada
hal yang terbatas.
2.
Kemampuan
komunikasi adalah kemampuan menjelaskan idea matematik dengan gambar atau
grafik, menghubungkan gambar, grafik atau situasi ke dalam idea matematika, menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika dan menjelaskan serta membuat
pertanyaan tentang matematika.
3.
Kemandirian
belajar adalah kemampuan individu dalam menumbuhkembangkan inisiatif
belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menetapkan tujuan belajar, memandang
kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, memilih
dan menerapkan strategi belajar, mengevaluasi proses dan hasil belajar, serta
memiliki konsep diri (self-efficacy).
4.
Pendekatan
SAVI adalah suatu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa
belajar menggunakan kemampuan indera tubuh dan kemampuan berpikir. Dalam
penelitian ini unsur-unsur SAVI terdiri dari:
a.
Somatis
adalah belajar dengan berbuat dan bertindak.
b.
Auditori
adalah belajar mendengar dan mengemukakan pendapat atau ide.
c.
Visual
adalah belajar mengamati dan menggambarkan hasil pengamatan.
d.
Intelektual
adalah belajar untuk meningkatkan kemampuan berpikir dengan memecahkan masalah.
5. Pembelajaran konvensional adalah proses
belajar megajar di kelas yang sudah biasa
dilakukan guru pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar